Pasang Banner disini

Hubungi kami segera untuk pasang banner anda disini

Boneka Peraga Gigi

Memiliki penghasilan tinggi di usia muda, bukan hal yang tidak mungkin. Misalnya Anggi Hayani, mahasiswi kedokteran gigi Universitas Sumatera Utara mampu membuktikan hal itu

Bubur Sehat Buat Bayi

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan sehat. Oleh sebab itu, mereka sangat menaruh perhatian tinggi terhadap asupan makanan bagi si buah hatinya. Apalagi, ketika anaknya masih berusia di bawah lima tahun (balita)..

Pasang Banner

Tertarik untuk memasang iklan di sini? Hubungi kami segera!

Mushroom factory

Bagi kebanyakan orang, lulus dari perguruan tinggi biasanya langsung memilih bekerja dan namun tak banyak yang langsung memilih berwirausaha. Adalah Cholis, sang sarjana kesehatan yang lebih memilih langsung berkecimpung ke dunia usaha..

Monday, October 22, 2012

Aryanto si loper koran yang jadi jutawan

Kerasnya hidup sering menjadi motor penggerak seseorang untuk mencapai keberhasilan atau kehidupan yang lebih baik. Seperti yang dialami Aryanto Mangundiharjo. Kerasnya kehidupan di jalanan membawanya menuai keberhasilan.

Lahir dari keluarga berada tak menjamin orang bisa sukses. Tapi, Aryanto Mangundiharjo membuktikan bahwa kerja keras dan pengalaman jatuh bangun merupakan faktor yang membuatnya sukses walau berasal dari keluarga berada. Berkat keuletan dan belajar dari kegagalan,
ia sukses menjadi pemain rental mobil mewah dengan bendera The Jakarta Limousine.

Saat ini The Jakarta Limousine mampu menghasilkan omzet Rp 300 juta hingga Rp 400 juta per bulan. Selain beberapa hotel bintang lima, Jakarta Limousine juga menjadi rekanan beberapa kedutaan besar seperti Inggris, Korea Selatan, Malaysia, dan China. Ada juga kerja sama dengan BRI dan Bank Indonesia .

Beberapa artis mancanegara seperti Super Junior, Rihanna, dan Justine Bieber pernah menggunakan jasa perusahaan Aryanto. “Selain rental langsung, saya memasok mobil ke rental-rental mobil mewah ternama,” katanya. Saat ini, ia memang baru memiliki 16 unit mobil mewah bermerek Toyota Alphard, Fortuner, dan Mercedes Benz E Class. Khusus mobil limousine, biasanya dia mendapat pinjaman dari orang kaya.

Lahir dari keluarga berada, ayah Aryanto adalah pengusaha sewa-menyewa alat berat. Adapun ibunya seorang pemasok bahan kue di beberapa pengusaha kue. Tapi, saat kecil, ia lebih suka bermain dengan anak-anak loper koran meski sering dimarahi orang tuanya.

Ternyata pergaulan dengan loper koran memberi makna lain dalam kehidupan Aryanto. “ Ada permasalahan keluarga yang membuat saya kabur dari rumah. Saya hidup di jalanan dan menjadi loper koran,” kenang lelaki kelahiran Jakarta , 14 Mei 1976 ini.

Tak cuma itu, setelah sang ayah meninggal, ekonomi keluarganya guncang. Aryanto juga terpaksa meninggalkan bangku sekolah. “Saat itu saya sukses menjadi loper berkat pager. Di antara lipatan koran, saya selipkan nomor pager saya. Dari situ, pelanggan bertambah banyak,” kenangnya.

Dari jerih payahnya itu, Aryanto berhasil menyewa rumah dan mengikuti pendidikan kejar paket. “Karena bosan, usaha loper saya berikan ke adik. Saya memilih menjadi satpam,” katanya. Di saat menjadi satpam, dia belajar menyetir. Akhirnya, dia berani bekerja sebagai sopir di perusahaan air minum. Selanjutnya, ia pindah ke perusahaan Jepang. Karena kerusuhan tahun 1998, perusahaan Jepang itu bubar. Ia menjadi sopir taksi di Blue Bird, lantas hijrah ke Bali menjadi supir taksi eksklusif.

Di Pulau Dewata, selain sebagai sopir taksi eksklusif, Aryanto mendapat tambahan penghasilan sebagai calo mobil sewaan. Dari situ, dia belajar soal bisnis penyewaan mobil. Peristiwa Bom Bali tahun 2002 membuatnya keluar dari pekerjaan dan kembali ke Jakarta dengan uang pesangon sebesar Rp 3 juta. Pada saat yang sama, usaha distributor koran yang dikelola sang adik juga bangkrut.

Bermodal pesangon itu, Aryanto memberanikan diri membuka usaha rental mobil. “Saya tidak punya mobil, cuma modal nomor telepon. Kalau ada order, saya akan cari rental lain,” katanya. Ia mendapat order dari perusahaan obat nyamuk yang menyewa 18 mobil untuk kegiatan di 10 kota selama 3 bulan. Dari order ini, ia mampu membeli mobil Kijang.

Order besar datang lagi dari perusahaan telepon seluler yang meminta 40 unit mobil dengan dibiayai oleh bank. “Saya tidak puas begitu saja dengan bisnis rental ini. Saya coba menjadi kontraktor,” kenangnya. Sayang, baru menggarap satu proyek di Belitung , Aryanto sudah kena tipu sebesar Rp 1,4 miliar. Sementara itu, karena ulah karyawan yang nakal, 40 unit mobil sewaannya digelapkan penyewa.

Bangkit dari bangkrut

Utang bank yang menumpuk hingga menyebabkan rumah Aryanto disita. Uang hasil penjualan tanah yang dikelola sang istri lenyap karena kena tipu penjual valas. Tahun 2004, ia bangkrut dan terpaksa tinggal di rumah mertua.

Setahun lebih, Aryanto terpuruk. Pada pertengahan tahun 2006, dia mendapat pinjaman Rp 25 juta dari seorang teman. Bermodal itu, dia merintis usaha penyewaan mobil lagi tanpa kendaraan sendiri. Ia memanfaatkan mobil dari jasa penyewaan lain.

Suatu saat, dari pelanggannya yang warga negara asing, Aryanto mendengar keluhan soal susahnya mencari rental mobil mewah di Jakarta . Dari situ, ia tertarik menjajal bisnis ini. Dia mencari kenalan yang mau menyewakan mobil mewahnya. “Banyak yang mau, sebab untuk kelas Alphard saja, tarif sewa per 12 jam Rp 3 juta. Saya dapat komisi 50%,” katanya. Aryanto lantas fokus menggarap penyewaan mobil mewah meski tanpa modal mobil sendiri.

Aryanto akhirnya mendapat order 16 unit mobil mewah dengan masa sewa 10 hari sekaligus. Dalam jangka waktu itu, ia mengantongi untung Rp 270 juta. “Saya langsung beli rumah dan mobil Alphard. Dari modal itu, usaha saya terus bergulir dan kini saya memiliki 16 mobil mewah,” katanya.

ditulis oleh Fransiska Firlana
Link: KONTAN

Peluang Bisnis Camilan jamur dan jagung

Bisnis camilan berbahan baku jamur dan jagung memang menggiurkan. Tak heran, bila banyak pemain meramaikan bisnis ini. Salah satunya adalah Muhammad Tajib yang mengusung bendera usaha Healthy Food Inside di Wonosobo, Semarang , Jawa Tengah. Bisnisnya ini menawarkan menu camilan jamur krispi dan jagung serut aneka rasa , seperti barbeque dan mayones. Untuk minumannya tersedia aneka pilihan jus buah.

Dalam usahanya ini, jamur krispi menjadi menu andalan Tajib. Ia mengklaim, sebagai pionir jamur kripsi asal Semarang . Harga makanan dan minuman tersebut dibanderol mulai Rp 3.500 hingga Rp 8.000 per porsi. "Kami menyasar masyarakat menengah ke bawah," kata Tajib yang merintis usaha sejak 2009 ini.

Kini, bisnis Tajib telah berkembang lewat sistem kemitraan, dengan jumlah 30 mitra. Mereka tersebar di Semarang , Kudus, Purworejo, dan Majalengka. Awalnya, Tajib memiliki lima gerai milik sendiri di Semarang . Namun belakangan, gerai itu dijualnya kepada mitra dan memilih fokus memproduksi bahan baku untuk dijual kepada para mitranya.

Bagi yang berminat, Tajib menawarkan kemitraan dengan investasi Rp 5 juta. Mitra akan mendapatkan satu outlet, perlengkapan dan resep makanan. Mitra juga akan mendapatkan training pembuatan makanan dan pengelolaannya. "Kami dari pusat akan menjual bahan tepung saja," ujar Tajib.

Mitra dibolehkan memakai brand sendiri. Selain itu, kerjasama ini tidak memungut franchise fee dan royalti fee. Untuk lokasi usaha harus berada di tempat-tempat keramaian, seperti dekat pemukiman penduduk, pasar, dan sekolah. Ia menargetkan, omzet mitra rata-rata Rp 300.000 - Rp 500.000 per hari. Dengan omzet tersebut, mitra diharapkan bisa balik modal dalam waktu lima bulan.

Tajib menjanjikan, dengan menjual dua produk sekaligus, peluang mitra untuk meraih target omzet itu terbuka lebar. "Mitra bisa mengantongi omzet yang besar, sehingga usahanya bisa terus berjalan dan berkembang," katanya. Menurut Tajib, sistem kemitraan yang dijalankannya ini tidak mengikat mitra. Intinya, jika mitra mengalami kesulitan, kantor pusat siap membantu. (Noverius Laoli/Kontan)

ditulis oleh Noverius Laoli / Kontan
Link: KOMPAS

Kemas, juragan pempek beromzet ratusan juta

Berawal dari usaha kecil-kecilan, Kemas Firmansyah sukses membesarkan bisnis pempek dengan brand Wongkito 19. Bisnisnya semakin menggurita lewat sistem kemitraan. Hingga saat ini, total gerai pempeknya sudah mencapai 92 outlet yang tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia . Dari jumah itu, 89 gerai di antaranya milik mitra.

Dari usaha ini, omzet yang Kemas kantongi dalam sebulan mencapai Rp 500 juta. Bisnis pempek ini mulai dia rintis pada akhir tahun 2006. Selain alasan bisnis, lewat usaha pempek ini, ia juga ingin menunjukkan identitasnya sebagai orang Palembang .

Sebab, selama ini, Kemas melihat sebagian besar pedagang pempek bukanlah orang asli Pelembang. Padahal, pempek merupakan makanan tradisional khas wong kito galo, sebutan untuk orang Palembang . "Seharusnya saya juga berdagang pempek karena saya orang Palembang ," ujar pria keliharan 1971 ini.

Kemas akhirnya terjun ke usaha kuliner pempek dengan membuka outlet kecil di dekat rumahnya di daerah Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat. Berkat keuletannya mempopulerkan bisnis ini, dalam beberapa tahun, jumlah gerai pempeknya terus bertambah. Terlebih setelah ia menawarkan kemitraan di 2008.

Menurut Kemas, perkembangan usaha pempeknya berkat totalitasnya dalam mengembangkan usaha. Apalagi, sejak awal ia memang menyukai bisnis ini. Lantaran sudah suka, ia pun mencurahkan seluruh waktu dan pikirannya untuk membesarkan usaha ini. "Kalau berbisnis harus disukai dulu supaya maksimal," katanya.

Kecintaan Kemas terhadap pempek sudah tumbuh sejak dia kecil. Ia mengaku, sejak kecil sudah terbiasa menyantap pempek karena ibunya suka membuat makanan tersebut.

Tidak hanya penyuka pempek, seiring usianya yang makin beranjak dewasa, Kemas pun mulai membuat pempek sendiri. Berbekal kemampuan itu, dia kemudian terjun ke usaha pempek.

Di awal merintis usaha, ia langsung memperkenalkan variasi pempek hasil racikannya, seperti pempek sosis, pempek kapal selam, pempek keju, dan panggang. Aneka pempek ini Kemas banderol mulai Rp 3.000 hingga Rp 14.000 per buah. "Salah satu favorit pelanggan adalah pempek kapal selam super," ujarnya.

Lantaran pempek buatannya banyak punya penggemar, pada 2008 Kemas memberanikan diri menawarkan kemitraan. Baginya, sebuah usaha bisa berkembang jika ia bermitra dengan orang lain.

Dengan bermitra, maka sebuah brand akan semakin dikenal masyarakat. "Pebisnis harus punya banyak partner," katanya. Selain menjalin kemitraan, Kemas juga memanfaatkan media online untuk memperkenalkan produknya dengan membuat website Wongkito 19.

Ia menugaskan pegawainya untuk memuat info-info terbaru terkait Wongkito 19. Alhasil, saban hari selalu saja ada informasi anyar di situs Wongkito 19. Dari sanalah bisnisnya terus berkembang. Tak cuma di Jabodetabek, mitranya ada di Bandung , Cirebon , dan Kalimantan .

Jatuh bangun

Jiwa bisnis Kemas Firmansyah sudah terasah sejak kecil. Ia telah terbiasa berjualan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sejak masih kelas satu SD, ia sudah berjualan martabak buatan ibunya. "Saya jualan martabak keliling kampung," kata Kemas.

Naluri berdagang Kemas berlanjut saat ia mengecap bangku sekolah menengah atas (SMA). Ketika SMA ini, ia menekuni usaha pembuatan tatabahasa (grammar) bahasa Inggris. Tatabahasa itu dibuat dalam bentuk kalender, sehingga bisa ditempel di dinding dan memudahkan menghafalnya.

Kegiatan bisnisnya terus berlanjut. Ketika kuliah di Universitas Sriwijaya Palembang , ia berjualan jaket, celana jins, dan baju kepada teman-temannya. "saya memesannya dari Bandung ," ujarnya.

Lulus kuliah tahun 1995, ia sempat bekerja di beberapa perusahaan. Namun, naluri bisnis kembali memanggilnya. Tahun 2002, ia menanggalkan profesinya sebagai karyawan dan memilih terjun ke bisnis servis komputer di Bekasi.

Selain jasa servis, ia juga menyediakan komponen-komponen komputer. Namun, bisnis ini hanya bertahan dua tahun. Setelah menutup usaha ini, ia menggeluti bisnis baru, yakni, bisnis penjualan mobil. Kemas memulai usaha jual beli mobil baru dan bekas pada tahun 2004. Selama menggeluti usaha ini, ia sempat memiliki showroom sendiri di Bekasi.

Namun, lagi-lagi bisnisnya ini harus gulung tikar karena dilanda krisis. "Waktu itu, harga BBM (bahan bakar minyak) naik sehingga penjualan mobil turun drastis,"jelasnya. Saat menutup usaha ini tahun 2005, ia terjerat utang dalam jumlah besar. Untuk melunasi utangnya, ia terpaksa menjual rumah dan aset-aset miliknya.

Jatuh bangun di dunia bisnis tidak membuatnya jera. Kemas menilai, kegagalan itu bukanlah akhir dari bisnisnya. Tidak sampai satu tahun setelah menutup usahanya, Kemas bekerja di salah satu perusahaan otomotif di Jakarta sebagai sales marketing.

Di perusahaan itu ia bertekad untuk mengumpulkan modal sebelum terjun ke dunia bisnis lagi. Selama bekerja di perusahaan itu, pendapatannya lumayan besar karena berhasil menjual ribuan mobil.

Setelah uang tabungannya terkumpul lumayan banyak, pada tahun 2007 ia memutuskan keluar dan mendirikan bisnis pempek. Bisnis ini dirintisnya dengan modal awal Rp 20 juta.

Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, ia pun bertekad untuk mengembangkan bisnis barunya ini.  Upayanya itu tidak sia-sia.Terbukti, total gerai pempeknya kini sudah mencapai 92 outlet yang tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia .

Merambah bisnis lain

Kendati telah sukses di bisnis pempek, Kemas Firmansyah tetap rajin melihat peluang usaha lain. Kini, ia kembali merambah bisnis jual beli mobil. Sebelumnya, dia pernah terjun ke bisnis ini pada tahun 2004. Setahun berjalan, usahanya itu bangkrut. Namun, Kemas mengaku tak jera untuk kembali merambah bisnis jual beli mobil ini.

Hanya, saat ini dia belum memiliki showroom khusus jual beli mobil. "Jadi, saya jual mobil satu per satu langsung kepada konsumen," kata Kemas.

Meski demikian, ke depan ia tetap berencana untuk membuka showroom mobil lagi. Untuk itu, Kemas akan mengajak beberapa investor. Dengan berkongsi, dia tidak akan sendirian mengelola bisnis ini.

Bila bangkrut, Kemas pun tidak akan menanggung kerugian terlalu besar. Jadi, risiko usaha ditanggung bersama investor. Menurutnya, sistem ini jauh lebih baik dibandingkan dengan membuka bisnis sendiri.

Selain kembali menggarap bisnis jual beli mobil, ia juga akan melebarkan sayap usahanya di bisnis makanan. Yakni, merambah bisnis makanan sehat khusus bayi dan anak-anak. Bila tak ada aral melintang, bisnis ini akan Kemas launching pada September tahun ini, dengan nama Super Barin Food.

Sejatinya, Kemas sudah merintis usaha ini sejak dua tahun terakhir dengan sistem katering. Kalau nanti sudah resmi diluncurkan, ia akan langsung menawarkan kemitraan usaha kepada investor yang berminat.

Kemas menjelaskan, makanan yang dipasarkan itu dia produksi khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi otak bayi dan anak-anak. Makanya, ia mengklaim, pembuatan makanan itu tidak menggunakan bahan kimia. "Kami bikin kandungan gizi makanan ini tinggi dan berguna bagi kecerdasan anak-anak," papar Kemas.

Selain makanan khusus bayi dan anak-anak, Kemas juga akan memproduksi makanan sehat untuk orang dewasa. Makanan ini dia klaim bisa memperkuat daya ingat seseorang. "Kami memiliki seorang dokter yang paham soal gizi makanan, sehingga produk makanan ini terjamin kualitasnya," ujarnya.

Meski sibuk mengembangkan bisnis, Kemas tetap memilih bekerja di salah satu perusahaan otomotif di Jakarta dengan jabatan yang ia pegang saat ini: sales manager.

Kemas menuturkan, kecintaannya pada dunia otomotif membuatnya tetap memilih menjadi karyawan perusahaan otomotif. Sedang, usaha yang sudah dia rintis diserahkan pengelolaannya ke orang-orang profesional.

Ia hanya mengawasi dan memberikan masukan kalau ada yang tidak sesuai dengan keinginannya. Walau tetap bekerja di perusahaan otomotif, jiwa Kemas tetaplah seorang pengusaha.

Menurut Kemas, seorang pengusaha harus memiliki mental pantang menyerah terhadap segala kesulitan yang menghadangnya. "Sebab, setiap persoalan yang muncul, pasti ada jalan keluarnya," katanya.

Seorang pengusaha juga harus berani melangkah agar bisnisnya bisa tumbuh. Tapi, ada kalanya pengusaha mengesampingkan pertimbangan rasional untuk meraih sukses. (Noverius Laoli/Kontan)

ditulis oleh Noverlius Laoli/Kontan
Link: KOMPAS

Peluang bagus dari menangkal virus

Produk antivirus sangat dibutuhkan para pengguna komputer. Apalagi, sekarang penyebaran virus yang menyerang sistem komputer semakin marak. Alhasil, pasar antivirus masih sangat terbuka. Sekadar catatan, antivirus merupakan software khusus untuk menangkal atau membunuh virus yang bisa menyerang sistem komputer.

Selain antivirus asing bikinan luar negeri, belakangan produk antivirus lokal juga mulai unjuk gigi. Salah satu produk antivirus lokal yang sudah lumayan dikenal luas adalah Smadav. Secara resmi, Smadav berdiri tahun 2006. Nama Smadav diambil dari nama singkatan dari SMA II Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bekas sekolah pendiri perusahaan ini Zaenuddin Nafarin.

Smadav adalah antivirus untuk proteksi tambahan komputer, proteksi total USB Flashdisk, dan pembersihan tuntas virus yang menyebar luas. Dwi Darmativin, salah satu tim pembuat antivirus Smadav bilang, munculnya keinginan membuat antivirus lantaran prihatin atas merebaknya penyebaran virus-virus lokal.

Serangan virus lokal ini terkadang susah diatasi. "Makanya, muncul inisiatif membuat antivirus Smadav," kata Dwi. Pembuatan software antivirus Smadav melibatkan sejumlah orang yang tergabung di sebuah tim. Fokus mereka adalah membuat dan meng-update antivirus terbaru untuk menangkal virus yang sifatnya juga baru. "Jadi kami buat sofware sendiri dan tidak meniru antivirus lain," ujarnya.

Software antivirus Smadav ini pada awalnya dibuat untuk menangkal dan membersihkan virus yang ada di komputer. Bila virus tidak bisa dihilangkan, maka fokusnya adalah pencegahan atau penghapusan. Dwi bilang, setiap saat mereka selalu meng-update antivirus Smadav. Soalnya, ada banyak virus baru yang muncul. Bila ada virus baru yang beredar, tim Smadav segera melakukan penelitian terhadap virus tersebut.

Setelah mengetahui dan memahaminya, tim menciptakan pencegahan dan pembersihan virus. Dwi bilang, antivirus Smadav milik mereka tidak dijual dengan harga tertentu. Selama ini produk antivirusnya mereka jual dengan harga sukerala. Konsumennya bisa perusahaan, warung internet, institusi tertentu, dan perorangan. "Sistemnya kami memberi sejumlah lisensi ke mereka, dan kami mendapat donasi," ujar Dwi. Menurutnya, pendapatan dari donasi itu tidak lebih dari Rp 100 juta per bulan.

Selain berbayar, ada juga produk antivirus mereka yang bisa di-download gratis. Kedua antivirus itu jenis proteksinya hampir sama. Bedanya, yang berbayar proteksinya lebih kuat, karena dilengkapi dengan password. "Tapi, tidak bisa di-update gratis karena harus bayar," ujarnya. Sebaliknya, yang gratis proteksinya masih rawan diserang virus.

Produsen antivirus lain adalah David Layardi yang mengusung brand Frost Antivirus. David yang masih duduk di bangku kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini menyukai dunia komputer sejak tiga tahun lalu. Ia belajar otodidak melalui berbagai forum diskusi antivirus di internet.

Menurutnya, untuk membuat sebuah antivirus dibutuhkan waktu hingga enam bulan. Selama ini, ia mendapat berbagai contoh virus dari para anggota forum. "Setelah itu saya membuat program untuk mengatasi virus itu," jelasnya.

Caranya, ia membuat kode-kode yang berfungsi sebagai antivirus. Setelah kode-kode tersebut jadi, ia membuat desain yang mengubah kode menjadi tampilan. Fungsinya untuk memudahkan pengguna dalam mengaplikasikan anti virus itu. Setelah desain jadi, diperlukan percobaan apakah anti virus berhasil bekerja dengan baik. "Awalnya saya butuh 20 kali percobaan. Tapi saat ini 10 kali saja," ujarnya.

Percobaan ini penting untuk mengatasi kesalahan kode. Sebab, bila keliru, anti virus justru bisa dideteksi sebagai virus oleh komputer. Ia mulai memasarkan Frost Antivirus pada Juli 2011. Karena baru, produk antivirusnya masih gratis. Namun, bila ada yang berminat dijual dengan harga Rp 20.000 per kode. "Pendapatan saya masih di bawah Rp 5 juta," ujar David.

ditulis oleh Noverius Laoli, Fahriyadi, Revi Yohana
Link: KONTAN

Vivin mantan atlet yang sukses di lantai futsal

Kesuksesan bisa datang meski tak sesuai dengan jurusan. Setelah pensiun sebagai atlet basket, Vivin Cahyani Sungkono memulai karier sebagai seorang guru. Namun nasib berkata lain, dia justru mengenyam kesuksesan lewat bisnis lantai lapangan.

Di Indonesia, cukup banyak mantan atlet yang memiliki bisnis setelah pensiun. Biasanya, bisnis mereka tidak jauh-jauh dari dunia olahraga yang pernah mereka geluti. Salah satunya adalah Vivin Cahyani Sungkono. Sebagai mantan atlet basket, ia memiliki usaha sports flooring, yakni aneka lantai atau karpet lapangan olahraga.

Di bawah bendera VSport, ibu empat anak ini menjadi produsen dan distributor beberapa jenis sports flooring dan produk aksesori seperti jaring, gawang, dan bola. Flooring merupakan karpet berbahan vinil yang dipakai sebagai lapisan lantai lapangan olahraga indoor seperti basket, voli, badminton, handball, dan hoki. Karpet ini seperti lantai nan empuk.

Vivin telah memasang lebih dari 400 lapangan di beberapa kota di Indonesia dan Malaysia . “Dalam waktu dekat, kami akan memasang di Filipina,” kata perempuan kelahiran Surabaya , 20 September 1973 ini.

Vivin adalah mantan atlet basket yang pernah bertanding di pelbagai ajang Pekan Olahraga Nasional, kejuaraan ABC Junior di Beijing, World Islamic Country Championship Tehran, Kejuaraan Antarmahasiswa di Melbourne, SEA Games, dan masih banyak lagi.

Di usia 23 tahun, Vivin memutuskan pensiun dari dunia basket. Dia bekerja demi meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Maklum, ibunya hanya penjahit dan bapaknya seorang sopir. “Saya tahu persis, saya tidak akan bisa berprestasi lebih dari apa yang sudah saya capai. Sebab, masih banyak senior yang berumur lebih dari 30 tahun belum pensiun. Kesempatan untuk menggantikan mereka sangat tipis,” katanya.

Sembari kuliah di jurusan psikologi Universitas Surabaya selama lima tahun, Vivin menjadi guru honorer di sebuah sekolah dasar di Surabaya . Pada umur 25 tahun, ia mendirikan SD Kasih Karunia untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Di sana , ia menjadi kepala sekolah. “Sekolah itu masih ada sampai sekarang dan sudah saya hibahkan ke guru di sana ,” ujarnya.

Vivin melepas profesi sebagai guru demi membantu rekannya mengelola perusahaan yang bergerak di bidang penjualan material baja dan bahan bangunan. “Dengan latar belakang pendidikan psikologi, saya membantu di divisi human resource development. Kemudian saya dipercaya sebagai manajer pemasaran,” kenangnya.

Tapi Vivin hanya bertahan enam bulan di perusahaan itu. Sekitar tahun 2001, dia memutuskan membuka usaha sejenis di bawah bendera CV Viva Metalindo. “Hingga sekarang, perusahaan di bidang jasa konstruksi ini masih berjalan dan berkembang,” jelasnya. Perusahaan ini menggarap proyek rumah tinggal dan renovasi gedung. Ia juga sering memasok material baja ke beberapa proyek pembangkit listrik tenaga uap, Caltex, dan Freeport .

Tanpa disengaja, ada pelanggannya yang menanyakan distributor lantai lapangan futsal. “Saya bilang bisa mencarikan. Padahal, saya belum tahu bagaimana mendapatkan lantai semacam itu,” katanya. Vivin mencari informasi soal prospek lantai lapangan olahraga. Maka, pada tahun 2008, bermodal Rp 1 miliar ia memutuskan mendirikan VSport.

Enam bulan sepi

Vivin memproduksi sendiri lantai tersebut. Dia memodifikasi desain flooring serupa dari Amerika Serikat yang harganya sangat mahal. Ia melibatkan desainer dari China untuk perubahan desain tanpa mengurangi kekuatan dan fungsinya. “Awalnya, saya tidak berharap banyak pada bisnis ini. Sebab, bidang ini benar-benar baru buat saya,” katanya.

Vivin bilang, saat presentasi ke 10 pembeli, hanya ada satu yang tertarik dengan produk lantai futsalnya. Itu pun lebih karena kasihan ketimbang yakin dengan kualitas produk.

Vivin terjun langsung mempresentasikan produk, mulai di Surabaya dengan berbekal brosur dan videoklip dari kejuaraan di Malaysia yang menggunakan flooring sejenis. Tujuannya untuk meyakinkan calon klien bahwa produknya layak digunakan. “Background saya yang sama sekali belum mengenal futsal membuat klien sulit sekali meyakini kualitas produk buatan VSport,” jelasnya.

Selama enam bulan pertama, Vivin hanya berhasil menjual satu unit floor. “Saya pun mengganti home base penjualan dari Surabaya ke Jakarta sebagai strategi,” katanya. Ternyata keputusan itu efektif. Selain membangun citra, dia berhasil mendekatkan hubungan dengan organisasi Badan Futsal Nasional (BFN). Lembaga ini mengampanyekan Real Futsal dengan menggunakan media VSport sebagai alas Liga Profesional Indonesia , sebuah liga tertinggi futsal sejak 2008 hingga sekarang. Hasilnya, penjualan pun ikut melonjak.

Setelah dua tahun memproduksi aneka flooring, Vivin juga menyediakan alas lapangan rumput sintetis. “Di Indonesia masih banyak yang suka rumput sintetis ketimbang flooring,” katanya. Ia mengimpor rumput palsu ini dari China .

Terbukti, kan , tekad merupakan modal kuat berbisnis?

ditulis oleh Fransiska Firlana
Link: KONTAN

Nazwa pernah stres, kini juragan kue sukses

Bisnis makanan cukup banyak menelurkan kisah sukses. Salah satunya adalah kisah sukses Nazliana Lubis, pemilik usaha aneka kue di Medan , Sumatra Utara. Berkat ketekunan dan kerja keras, dia berhasil membesarkan toko kue Nazwa Aneka Kue hingga menghasilkan omzet ratusan juta rupiah per bulan. Salah satu kue khas yang diolahnya dan menjadi terkenal adalah cake pisang yang diberi nama Blondi Pisang Barangan.

Toko kue milik Nazliana atau yang kerap disapa Nazwa yang terletak di Jl. Kapten Muchtar Basri No. 110, Medan itu cukup kondang di Sumatra Utara. Beberapa hotel berbintang di Medan sudah menjadi pelanggan tetap, seperti Hotel JW Marriot, Hotel Ina Dharmadeli, Hotel Tiara, Hotel Danau Toba, dan Madani Hotel.

Hotel-hotel memesan kue Nazwa sedikitnya sebanyak 600 potong sekali event. “Padahal, saban hari, satu hotel bisa menyelenggarakan sampai tiga kali event,” jelasnya. Bukan hanya hotel, Nazwa juga rutin mendapat pesanan dari beberapa bank, perusahaan swasta, sekolah, dan instansi pemerintah di Sumatra Utara. “Sekarang bisa menghabiskan 3.000 telur dan 8 karung tepung atau sekitar 200 kilogram (kg) tepung per hari,” kata wanita berkerudung ini. Selain kue dia juga menerima pesanan nasi boks. Perusahaan atau pemda biasa memesan 1.000 hingga 1.800 nasi boks.

Sebelum menjadi juragan kue, lulusan D3 Pariwisata Universitas Sumatra Utara tahun 1989 ini sempat bekerja di bagian ticketing di sebuah biro perjalanan selama tiga tahun. Tahun 1991, dia pindah ke perusahaan maskapai penerbangan Simpati. Jabatan terakhirnya, supervisor. “Kerja di perusahaan penerbangan itu memiliki gengsi tersendiri. Saya punya kesempatan untuk jalan-jalan ke berbagai daerah,” kata perempuan kelahiran Medan , 23 Januari 1965 ini.

Sayangnya, kebanggaannya bekerja di industri penerbangan harus berakhir. Nazwa kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena Simpati tak beroperasi lagi mulai tahun 1997. “Saya sempat stres dan labil, malu sama teman-teman dan lingkungan,” ujarnya.

Selama enam bulan, Nazwa depresi. Akhirnya, dia menemukan semangat setelah mengamati lingkungan rumahnya yang berdekatan dengan kampus Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara. “Saya perhatikan, kok di kawasan kampus tidak ada yang jual jajanan berat semacam kue. Saya pun terpikir untuk buka usaha kue,” kenangnya.

Nazwa mulai mengulak-alik aneka buku resep masakan untuk mencari dan belajar mengolah aneka kue. Maklum, dia tidak punya keahlian memasak sehingga mengandalkan buku resep. “Saya pilih jualan donat sebab proses pembuatan lebih mudah ketimbang membuat kue yang lain dan di sekeliling kampus belum ada yang jualan donat,” ujar istri dari Fadlin ini.

Pada Juli 1997, Nazwa nekat jualan donat bermodal dana kurang dari Rp 100.000. Kala itu, dia menjual sepotong donat seharga Rp 350. “Omzetnya baru Rp 70.000 per hari. Rasa dan bentuk donatnya pun belum konsisten karena saya masih belajar membuatnya,” katanya sambil tertawa.

Nazwa terus mengasah kemampuan membuat kue. Dia mengikuti aneka kursus pembuatan kue di Medan hingga Bandung . Karena usaha kue itu belum menghasilkan pendapatan besar, Nazwa menerima tawaran mengajar mahasiswa D3 dan D1 Pariwisata di salah satu perguruan tinggi di Medan . Dia mengajar mata kuliah pelayanan di perusahaan penerbangan.

Setengah tahun berjalan, penjualan usaha toko kue Nazwa belum meningkat. Justru lebih sering merugi lantaran saat itu terjadi krisis moneter tahun 1998. “Saya tidak menghentikan usaha ini meski rugi. Ini demi eksistensi usaha,” katanya.

Bayaran tak pasti

Nazwa mulai berani menitipkan kuenya di toko-toko kue. Dari sini, produksi dan omzet mulai berkembang. Tahun 2000, ia berhenti mengajar, fokus mengelola toko dan mulai mengajukan proposal penawaran ke beberapa hotel di Medan .

Pada tahun 2003, Nazwa berhasil mendapatkan pesanan dari sebuah hotel. ”Meskipun pesanan hanya bika ambon setengah loyang, 20 potong tahu isi, dan 20 potong kue lumpur, saya menerima pesanan itu,” ujarnya. Ia gigih memasok kuenya ke hotel yang memesan meskipun hanya dalam jumlah kecil. Menurut dia, yang paling penting adalah kepercayaan dari konsumennya, meskipun dia harus menerima bayaran dua bulan sekali dari hotel.

Suatu saat, hotel JW Marriot Medan memiliki acara seminar Ikatan Dokter Indonesia selama seminggu dan mengorder aneka snack ke Nazwa. Ia harus memasok 22 item jajanan pasar dengan jumlah 2.600 piecesper item. “Dari situ, pesanan besar dari hotel mulai berdatangan. Nazwa Aneka Kue mulai dikenal dan dipercaya konsumen,” jelasnya. Dia juga mulai mendapat order katering untuk pesta yang nilainya Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per klien.


Fifi Manan sukses taklukkan pasar furnitur di AS

Hampir 11 tahun Fifi Manan membangun bisnis di Amerika Serikat. Sejak Juli 2001 dia masuk ke pasar Atlanta, Georgia, AS dengan mengibarkan bendera Formcase Inc., perusahaan kontraktor dan produsen furnitur kantor. Hebatnya, kini omset bisnisnya di AS bisa mencapai miliaran per bulan.

Toh, diakui Fifi, tidak mudah menaklukkan pasar AS. “Kami seperti masuk kandang macan,” ungkap Sarjana Teknik Elektro dari Universitas Oklahoma State , AS itu. Bagaimana tidak, di awal penetrasi ke pasar AS, ia langsung dihadapkan pada persaingan sengit bisnis furnitur yang kala itu sudah didominasi lima besar merek global. Namun, dia tidak patah semangat, bahkan terpacu terus maju. “Ini karena saya sudah terbiasa tekun dan kerja keras sejak sekolah dulu,” dia membocorkan secuil rahasia suksesnya.

Fifi merintis bisnisnya dari nol. “Saya sendiri bingung harus start dari mana waktu itu,” ujar anggota Congress of Indonesian Diaspora ini. Sebelum masuk ke AS, sebenarnya Fifi mempunyai buyer yang kemudian menjual produk Formcase ke ritel modern, seperti Informa atau Ace Hardware untuk konsumen menengah-bawah. Namun, saat itu Formcase justru memasarkan produknya melalui butik dan showroom, sehingga segmen pasarnya menengah-atas. Akhirnya, Formcase berhasil menembus ke pasar pemerintahan hingga sekarang.

Investasi Formcase terbilang besar untuk membangun kepercayaan dan branding. Bahkan, tiga tahun pertama merugi terus. Wajarlah, sebab di AS itu sulit menjual satu produk dalam satu hari langsung dikenal. Para mitra bisnis dan sales representative yang sudah puluhan tahun pun harus terus menjaga kredibilitasnya dan hati-hati. Dan, untuk meningkatkan penjualan, sudah tiga tahun terakhir ini Fifi terjun langsung menemui pelanggan.

Agar produk diterima pasar AS, standar kualitas harus tinggi. Alhasil, Formcase berani memberikan garansi produk 6-10 tahun. Jadi, dalam masa garansi itu bila ada kerusakan laci misalnya, Formcase harus mengganti produk yang baru dan melayani pascajualnya. Strategi ini mampu membuat konsumen puas, sehingga mereka cenderung loyal.

Mengapa Formcase masuk ke pasar Pemerintah AS ? “Sebenarnya kami masuk ke AS di tahun terjadinya tragedi September Eleven, sehingga dampaknya besar. Agak ketar-ketir juga waktu itu. Makanya, kami coba ke segmen pemerintah di sana . Kalau kami masuk sebelum tahun 1998 mungkin ceritanya lain. Strategi kami awalnya sebesar 50% produk masuk ke pemerintah dan 50% ke ritel. Tapi ketika tragedi itu terjadi, kami lempar semua produk ke pemerintah,” ujar Fifi seraya menambahkan Formcase menjadi pemasok Pemerintah AS dari kalangan militer army, navy, dan lainnya.

Selama berbisnis di AS, Fifi mengaku pemerintah setempat cukup mendukung. Pemerintah AS menyediakan fasilitas Internet tool yang setiap detik bisa diketahui procurement yang dibutuhkan kantor pemerintahan di sana . Formcase juga punya GSA Contract yang di awal berlaku satu tahun dan tahun-tahun berikutnya berlaku sampai lima tahun dan diperpanjang lagi. “Saya bisa memonitor setiap permintaan dari sana setiap hari, termasuk ketika saya ada di Jakarta . Tahun pertama kami masuk ke negara bagian, tapi sekarang sudah merambah ke negara federal seperti Puerto Rico sampai kebutuhan militer AS di beberapa negara lain. Kalau sudah ada kontrak dengan pemerintahan, kami tidak perlu memberi sampel produk lagi. Paling awalnya saja kami diaudit, pengujian produk untuk mendapatkan sertifikat BIMA yang menentukan standar produk,” ia menerangkan.

Fifi mengklaim, kualitas produk Formcase standar AS, tetapi harga di bawah kompetitor. Tidak heran, produknya selain diterima di pasar AS, juga diekspor ke negara-negara Eropa, Afrika dan Asia . “Total produk kami 70% ekspor dan 30% domestik,” lanjut Fifi yang memiliki Grand Furniture Store di kawasan Fatmawati, Serpong, Palem, dsb. Sekadar informasi, di Indonesia, Formcase dibesut sejak tahun 1962 dengan tiga pabrik di Cibodas, Jababeka dan Karawaci.

Untuk pengembangan bisnisnya, Formcase terus ekspansi. Tahun ini misalnya, hendak masuk ke negara Cile dan Brasil. Selain itu, tahun 2014 pihaknya akan membangun pabrik di Florida , AS.


ditulis oleh Eva Martha Rahayu & Siti Ruslina

Riset: Dian Solihati
Link: SWA

Fotografer ini banting setir jadi pengusaha buku catatan

Saat ini perkembangan teknologi sangat pesat seperti hadirnya komputer tablet, smartphone dan lainnya. Hal ini tidak meruntuhkan niat pria ini untuk menjalankan bisnis produksi buku catatan konvensional dengan desain yang unik.

Adalah Donni Arifianto berani meninggalkan karir lamanya sebagai pelukis dan fotografer untuk terjun ke usaha yang telah ditekuninya selama kurang lebih 1 tahun.

Ide untuk membuat buku yang diberi nama 'Nuwahardo' ini terbesit saat ia menghadiri sebuah acara seminar yang diisi oleh Ridwan Kamil, seorang arsitek tersohor di Indonesia , yang pada saat itu menenteng buku catatan kecil di tangannya. "Sekarang orang hampir semua punya smartphone, iPad. Apapun sudah ada disana. Padahal realitanya masih perlu media konvensional. Waktu itu saya lihat Ridwan Kamil bawa-bawa buku catatan. Itu semakin membuat saya yakin kalau ini (buku catatan) masih dibutuhkan," ungkapnya saat kepada detikFinance, Senin (10/9/12).

Dengan modal awal keberanian, nekat dan uang Rp 300 ribu, saat ini ia bisa mendapatkan omzet senilai Rp 9 juta/bulan. Jumlah ini memang tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil untuk usaha pendatang baru.

Sampai saat ini, sudah banyak kalangan yang memesan bukunya pada pria yang akrab dipanggil Ido ini. Mulai dari orang biasa hingga publik figur, perseorangan, maupun perusahaan. "Alhamdulillah sudah banyak yang mesan. Mulai dari perusahaan Antam (Aneka Tambang) kemarin pesan 100 terus repeat 25 buah lagi. Publik figur juga ada yang pesan, Kevin Aprilio, penulis seperti Dewi "Dee" Lestari, Iwan Setiawan, band Indonesia White Shoes and The Couples Company, banyak lagi," paparnya.

Keunikan dari buku catatan yang dijual Ido ini adalah semua proses pembuatannya menggunakan tangan sendiri atau handmade, termasuk penjilidan dan pengeleman, pengguntingan, kecuali untuk proses grafir dan laser. Bahan utama yang digunakan adalah kertas, dan kulit sebagai sampul.

Pemesan pun diizinkan untuk membuat desain dan model sendiri. Untuk desain, pria lulusan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia ini mengandalkan keahlian terdahulunya sebagai pelukis. "Keistimewaaan dari buku ini, si pemesan bisa pesan by request, model sendiri tanpa minimum order. Desainnya menarik tapi elegan," katanya.

Harga yang dipatok Ido untuk 'Nuwahardo' ini mulai dari Rp 150 hingga 175 ribu per buah, tergantung adari ukuran buku yang dipesan. Ia membidik kalangan menengah ke atas sebagai target utama pasarnya. "Target pasarnya middle to high, mahasiswa dan pekerja. Dari usia 20 tahun ke atas lah," katanya.

Tak hanya dipasarkan di Indonesia , rencananya pada bulan Oktober nanti, produk ini akan juga dipasarkan di negara-negara Asia . Ia menyebut Manila dan Singapura adalah negara yang akan kedatangan produknya. "Sudah ada pihak yang mau ikut memasarkan juga. Insya Allah nanti bakal dipasarin di negara lain, Singapura dan Manila Oktober nanti," katanya.

Bagi anda yang tertarik untuk berbisnis dengan pria ini untuk memesan atau bahkan menjadi reseller atau sekedar bertanya-tanya apa yang menginsiprasinya, anda bisa datang ke workshop Nuwahardo di Kompleks Taman Kopo Indah Blok E No 5, Bandung Jawa Barat. (zul/hen)




ditulis oleh Zulfi Suhendra
Link: DETIK

Valadoo berupaya jadi jagonya travel deals

Di era digital saat ini, segala sesuatu menjadi serba mudah. Termasuk, untuk urusan traveling.Bahkan, Anda bisa memilih paket perjalanan wisata dengan harga bersaing.

Salah satu penyedia layanan travel deals buat masyarakat Indonesia adalah Valadoo (www.valadoo.com), yang didirikan tiga anak muda: Jaka Wiradisuria, Aris Suryamas dan Bondan Herumurti, pada Desember 2010. Dengan slogan citra Indonesian Travel Expert, Valadoo fokus memberikan layanan wisata domestik.

Uniknya, pada awal pendirian, konsep bisnis Valadoo bukanlah sebagai situs penyedia jasa travel online, melainkan situsdaily deals. Maklum, ketika itu model bisnisdaily dealstengahbooming.Sayangnya, kelahiran Valadoo berbarengan dengan munculnya Disdus dan Dealkeren — yang di kemudian hari diakuisisi raksasadaily dealsglobal, Groupon dan Livingsocial — sehingga Valadoo kalah bersaing dengan mereka. “Kami kesulitan tanpa ada investor. Setelah empat bulan berdiri, perkembangan Valadoo cenderung stagnan,” ungkap Jaka. “Kami baru menyadari bahwa yang penting tidak hanyamerchant, tetapi juga kampanye pemasaran yang tidak sederhana danfunding,” Aris menambahkan.

Akhirnya, setelah melalui beberapa pertimbangan, mereka pun memutuskan mengubah model bisnis Valadoo. Terutama setelah menemukan model bisnis Wego, yakni layananmeta-search engineuntuk paratraveleryang didirikan oleh mantan eksekutif Yahoo, Ross Veitch, yang kini juga telah menjadi mitra Valadoo. “Pasartraveldi Indonesia masih besar sekali. Makanya, ketika itu kami berpikir untuk fokus menjadionline travel serviceuntukdomestic destination,” ungkap Jaka.

Menurut Jaka, yang bertindak sebagai CEO Valadoo, ada dua keunikan yang ditawarkan Valadoo dibandingkan situs online travellainnya, yaitu kemudahan (convenience) dan kelengkapan produk. Dari sisiconvenience, ia mengklaim, pengguna bisa mendapatkan semua hal, mulai dari inspirasi liburan, mencari destinasi yang diinginkan, hingga memesan tiket perjalanan.

Valadoo juga menyediakan navigasi situs, sehingga bisa memandu pengguna sesuai dengan musim-musim liburan. Misalnya, jika sedang musim hujan, pihaknya tidak akan menampilkan liburan luar ruang seperti menyelam. Dengan adanya navigasi itu, diharapkan pelanggan benar-benar bisa mengetahui destinasi lokal yang diunggulkan Valadoo.

Dari sisi kelengkapan produk, Valadoo menyediakan portofolio destinasi wisata Indonesia yang lengkap dari barat hingga timur. Saat ini, Valadoo melayani destinasi wisata dari 27 provinsi dengan berbagai macam kategori wisata, dari gunung, pantai seni dan budaya, menyelam, olah raga dan petualangan, romatis, hingga perjalanan fotografi.

Untuk melengkapi produktravel deals, Valadoo memilikitravel blog bernama Jelajah, yang menyediakan informasi rinci mengenai destinasi wisata yang ditawarkan. Bahkan, Valadoo pun menggunakan konsultan travel dari kalangan figur selebritas di duniatravel.“Sejauh ini sudah ada 13travel consultant,” ujar Jaka.

Untuk mendongkrak kinerjanya, Valadoo menerapkan tiga strategi pemasaran, yaituengagement, newsletter dan penjualan. Untuk engagement, Valadoo menggunakan media sosial seperti Facebook, Twitter dan Pinterest. “Dengansocial media engagementini, diharapkan terbangun koneksi dengan orang-orang bahwa Valadoo tidak hanya jualan, tetapi juga memberikanbenefit.”

Adapunnewsletter dikirimkan ke anggota viae-mail. Dinewsletter Valadoo ini tidak hanya diberikan informasi mengenai produk-produk terbaru yang ditawarkan, tetapi juga informasi yang terkait dengan tip pariwisata yang relevan. Saat ini, diklaim terdapat sekitar 26.000 pelanggannewsletterValadoo. “Ketika sudah terbangun engagement dan komunikasi melalui newsletter, barulah kami masuk ke penjualan,” ujar Jaka.

Untuk memperkuat engagement, Valadoo melakukan kampanye co-branding dengan situsMalasbanget.com — situs video yang berisi video fun atau lucu. Alasannya, pariwisataonlinesangat terkait dengan pencitraan bahwaonlineitu aman, mudah danfun. “Ini sesuai dengan misi Valadoo,” kata Jaka, “yaitu benar-benardelivering happiness by means of traveling.”

Valadoo menggunakan pula layanan jaringan iklan Google Adword untuk penempatan iklan melalui search engine. Pasalnya, sekarang orang mencari sesuatu lewat Google dulu. “Jadi, kami usahakan sekali masuk di daftar halaman satu Google melalui Google Adword dan SEO (search engine optimization) sendiri agarwebsiteselalu relevan dengan pencarian yang dilakukanuser,” Aris menjelaskan.

Saat ini, diklaim Jaka, dalam tiga bulan terakhirtrafficsitusnya meningkat 300% dan penjualan meningkat 500%. Ia menargetkan pendapatan mencapai Rp 1 miliar per bulan pada triwulan I/2013. Selain itu, turis mancanegara pun disasar agar masuk ke Indonesia melalui jasanya pada awal 2013.(*)

ditulis oleh Denoan Rinaldi & A. Mohammad B.S.

Riset: Dian Solihati
Link: SWA

Selphie Bong merintis bisnis fashion dari sebuah mesin jahit

Selphie Bong, desainer wanita muda Indonesia yang sukses. Ia bergabung dengan pekan mode untuk kontestan Kontes Kecantikan. Dia juga tergabung dalam organisasi Chic Eco di Hong Kong, Greener, Milano, Paris , Singapura dan Shanghai . Selain itu, dipilih sebagai desainer satu-satunya orang Indonesia untuk menjadi haute couture desainer di acara The United Nation Year of Biodiversity in the 2010 di Jenewa oleh PBB di antara desainer-desainer perdana internasional seperti Diane von Furstenberg, Reem Alasadi, John Rocha dan banyak lagi.
Untuk mengetahui lebih dalam perjalanan karier dan bisnis fashion Selphie Bong, berikut penggalan wawancara reporter SWA Online, Gustyanita Pratiwi.

Tolong diceritakan data pribadi Anda?

Saya lahir di kota kecil Metro di Lampung, Sumatera. Lahir pada tanggal 4 Maret 1987. Orang tua saya bernama Sutomo Bong dan Suriafi, orang tua saya asal Bangka dan merantau ketika mereka muda. Saya anak kedua dari tiga bersaudara, Selly Bong dan Selvany Bong.



Anda lulusan sekolah mana?

Saya tidak pernah lulus resmi dari sekolah manapun hanya SD dan TK di st. Fransiskus Xaverius.

Apakah Anda berasal dari lingkungan desainer? Apa pekerjaan orang tua?

Orang tua saya memulai usahanya sebagai pembuat roti dan kue. Papa saya bisa mengerjakan apapun. Saya besar di sebuah pabrik roti dan kue, setiap hari mencium bau manis dan mencuri meises dari kaleng dan memasukannya ke kotak makan dan makan roti dengan mentega dan meises berwarna warni setiap harinya. Mungkin itulah kenapa saya bisa tembem seperti hari ini. Hahaha.

Masa kecil saya seperti charlie and the chocolate factory. Melihat mesin yang memasukan satu butir jagung dan tiba tiba keluar sebuah snack. Mama saya membantu papa di pabrik kecilnya memasang coklat chip dan mendekor kue.

Saya pernah melihat mama saya menjahit dengan mesin butterfly, lalu menambal rok dan celana saya dan kakak yang selalu robek. Saya masih ingat sosok mama menjahit celana pendek batik, dan saya bangga sekali memakainya dan memamerkannya ke para tetangga.

Apakah setelah lulus Anda langsung menjadi desainer?

Saya drop out dari Raffles dan sempat bingung harus apa. Saya mengirimkan resume kerja, tidak ada yang membalas.

Saya lalu mencoba untuk ikut serta di kompetisi Young Designer International dan terpilih sebagai salah satu finalis di New York Fashion Week, dan di kirim ke New York . Saat itu saya bertemu dengan 15 designer muda asal London, Dubai, Miami, Australia, China dan banyak lagi. Saya memang bukan pemenang untuk malam itu, tetapi pengalaman saat itu membuka mata saya untuk menjadi ready ke market luar. Setelah itu, saya menerima pesanan dari orang tua teman saya dan kerabat, saat itu saya mulai berusaha sendiri sebagai designer.

Di SelphieBong dan Bong’s, berarti Anda berperan sebagai desainer sekaligus founder? Apa saja tanggung jawab Anda di posisi tersebut?

Tanggung jawab saya melingkupi dari desain awal, pembuatan pola masih saya sendiri yang memegang, pemilihan dan pembelian bahan, mendesign trimming, berhubungan dengan supplier dan customer.

Siapa yang mencetuskan Brand SelphieBong dan Bong’s?

Semua branding saya yang mencetuskan, dengan memakai nama sendiri adalah komitmen saya untuk fokus, kalau tidak yang malu saya sendiri, apabila kualitas tidak sebanding.

Pada saat pembukaan gerai, apakah Anda bekerja sama dengan pihak lain?

Saya memiliki management partner dalam hal ini. Jadi, dalam hal human resource, finance, dan pengaturan lainnya saya tidak mengambil andil.

Kalau boleh tahu, berapa modal awal yang dikeluarkan untuk membangun brand ini?

Everything start from scratch through regular customer base. Mulai dari satu mesin jahit, tanpa ada karyawan lalu berangsur penambahan mesin bertahap, dengan kepercayaan customer kami bisa membuka gerai pertama dengan modal yang cukup pas-pasan pada saat itu. Belakangan kami mulai mendapatkan investor, dan kami selalu mencari investor untuk setiap pembukaan gerai.

Apakah brand SelphiBong dan Bong’s ini khusus hanya untuk baju saja atau ada aksesoris-aksesoris lainnya seperti tas, sepatu, dompet, dll?

Kami juga membuat accessories, karena accessories lebih universal. Sepatu kami masih belum dicoba. Konsumen masih lebih mencari baju karena kami memang lebih ke design baju dan kami mau memfokuskan ke satu hal sebelum menambah ke hal lain agar maksimal.

Dilihat dari segi konsumen, berapa kontribusi yang diberikan antara konsumen dalam negeri dan konsumen luar negeri yang membeli baju-baju dan aksesoris rancangan Anda ?

Konsumen dalam negeri masih sedikit, bisa di bilang karena designer lokal memang kurang diminati. Orang Indonesia lebih memilih membeli produk bermerek Eropa dengan alasan prestige dengan branding mereka yang sudah lebih lama. Sedangkan konsumen luar negeri, mereka lebih menghargai desain dan mereka tidak begitu peduli dengan branding.

Konsumen dalam negeri mensupport sekitar 25%, cukup besar, dan 25% ini 15% dari mereka adalah return customer yang selalu kembali.

Seperti yang Anda katakan 50% konsumen berasal dari Eropa, dari mana saja pemesan terbanyak?

Dari Eropa kebanyakan dan Perancis, Italia, Inggris, dan Rusia. Juga, negara tetangga Eropa lainnya, seperti Spanyol dan Jerman.

Siapa desainer idola Anda?

Rancangan pasti hasil kami sendiri, tetapi inspirasi untuk itu tidak ada batasannya. Basically, label kami adalah classic cutting, dan selalu di kembangkan.

Untuk designer idola, jujur saya tidak ada idola siapapun, karena kalau saya mengidolakan seseorang, saya akan menjadikan diri saya seperti mereka dan menjadikan rancangan saya seperti mereka juga, maka saya akan melupakan identitas “Selphie Bong” sendiri.

Rancangan baju seperti apa yang paling disukai pasar saat ini?

Tergantung, pasarnya mana dulu. Karena Asia dan Barat cukup berbeda. Pasar termasuk besar, dan semua orang banyak kesukaan masing masing dan selalu berbeda. Demand-nya pun berbeda.

Adakah pengalaman menarik, seperti misalnya customer yang memesan baju yang aneh-aneh, sehingga Anda tertantang untuk membuatnya?

Kalau memesan baju yang aneh-aneh, konsumen salah desainer ya. Ada yang meminta memasangkan tengkorak bergliter di dadanya, dan saya mengenalkan costume designer kenalan saya.

Tetapi kemarin saya baru mendapat pemesanan baju salah satu chef ternama asal Italia. Beliau meminta untuk terlihat seksi dan ganteng ketika memasak ‘tomato sauce legendary. Beliau tahu  apa yang dia mau, dia sudah membayangkannya, dan tugas saya menangkap imaginasi dia dan merealisasikannya.

Kami membuat pakaian untuk seseorang yang ingin terlihat rapi, anggun, classic, dan berkelas. Bukan seseorang yang ingin terlihat seperti sedang ke halloween party. Kami tidak mau membuat seseorang terlihat aneh dan hanya mempermalukan diri mereka dan juga brand kami.

Khusus rancangan baju, kebanyakan memakai bahan apa dan apa terspesialisasi di gaun?

Kami banyak memakai sutra, katun organik, dan lycra terpilih. Bahan sebenarnya semuanya sama, hanya cutting dan detail. Kebanyakan pakaian kami di buat satu persatu di patung di drape, lalu di jahit, itulah yang membuat pakaian kami menjadi special. Kami tidak pernah memotong bahan langsung banyak dan menjadikannya mass production.

Sekarang trend-nya adalah advertising di social media, apakah SelphieBong dan Bong’s turut aktif di social media?

Saya baru-baru ini baru mulai memasarkan lewat Facebook, BONG’S by Selphie. Cukup kaget ketika beberapa minggu kami gencar mengupdate foto dan news, “liker” kami tiba tiba menjadi 1.000 yang tadinya hanya ratusan.


ditulis oleh Gustyanita Pratiwi
Link: SWA







Kisah Resto Ayam Jualan CD

Kentucky Fried Chicken (KFC) dikenal sebagai resto fast food yang mengandalkan ayam oreng sebagai sajian menu utamanya. Menghadapi konsumennya yang makin menua, Fabian Gelael, Direktur Pengelola KFC Indonesia, berusaha menarik sebanyak mungkin konsumen kawula muda. Caranya, dengan menjual CD.  Semula, gagasan yang nyeleneh ini cuma dipandang sebelah mata. Tapi, setelah sukses menjual jutaan keping CD, akhirnya pemilik label besar pun bersedia bekerja sama dengan menyodorkan artis terbaiknya untuk menjual CD di KFC. Artis papan atas seperti Agnes Monica pun sekaligus digaet untuk mempromosikan KFC. Setiap bulan, penjualan CD di KFC mencapai 850.000 keping. Kini, gerai KFC menjadi salah satu tempat nongkrong favorit anak-anak muda.

Berikut ini wawancara wartawan SWA, Herning Banirestu, dengan Fabian Gelael, Direktur Pengelola KFC Indonesia:
Bagaimana Anda melihat posisi KFC Indonesia saat ini?

Oh good, saya baru saja mendapat infornasi dari konsultan brand image tracking, yaitu BIT Ecorn yang telah melakukan riset dengan menyebarkan pertanyaan tentang brand engagement ke 3.000-3.700 responden setiap kuartal dalam setahun di tujuh kota besar. Parameternya adalah brand awareness, brand penetration, dan top of mind. Dari hasil survei itu KFC mendapat angka brand awarenessnya 99-100%, top of mind 81%. Top of mind kedua dipegang resto fast food lain, sekitar 11%, sisanya brand lain.

KFC saat ini menjadi trend setter anak muda dengan banyak kreativitas yang Anda lakukan. Sejak kapan tercetus ide menjadikan KFC juga sebagai channel distribusi rekaman musik?

Idenya sangat simpel. Memang idenya dari saya. Sedikit mundur ke belakang, ini karena saat itu kami memandang, kami selalu kalah dalam hal menjaring konsumen remaja dibanding McDonalds. Kami melihat KCF mengalami aging dalam hal pelanggan. Pelanggan kami sekitar 30-35 tahun saat itu. Sedangkan kita tahu, produk fast food adalah produk anak muda atau youngster. Kalau para youngster sudah beralih dari merek kami,  itu sudah kondisi yang paling bahaya.

Kami melihat KFC kondisinya saat itu begitu. Karena itu, kami harus mencari alat yang bisa menarik anak muda. Kami melihatnya simpel saat itu yaitu musik. Karena kami melihat merek-merek besar memulainya juga dengan musik. Seperti Reebok, Pepsi, CocaCola, dan sebagainya. Hanya saja mereka melakukan short cut. Makanya kami inign memulainya dengan cara yang berbeda. Kami memperhatikan, kala perusahaan menggunakan artis penyanyi untuk kampanye yang makin ngetop malah artisnya. Kalau CocaCola misalnya, hanya menggunakan musik sebagai pendorongnya, tidak memiliki  program musik sendiri. Company always come to second. Jadi artinya, company ini jika ingin memsponsori artis besar pasti kalah dengan perusahaan rokok budget-nya. Kekuatan saya pada TVC.

Akhirnya tiada pilihan lain, kami harus membangun program musik sendiri. Ini orang cenderung tidak mau lakukan. Maka, tidak heran saya pernah diketawain orang karena program ini. Saya bisa dibilang nangis darah selama 2,5 tahun. Untuk mendapat kepercayaan itu saya harus terseok-seok. Saya membangun program musik sendiri bukan dengan menggandeng artis besar, tapi dengan Indie band. Kami mengumpulkan band-band potensial, kami repackage lagi dari yang paling bagus. Lalu kami jual di gerai KFC.

Gebrakan saya ini sempat diragukan oleh para pemimpin label besar. Mereka sangat skeptikal sekali akan langkah saya. Mereka bilang, kami saja yang sudah bermain di bisnis label musik sudah puluhan tahun, sekarang sudah jualan CD, kamu jualan ayam mau jualan CD. Orang meragukan langkah saya, karena pertama, kami penjual ayam goreng. Tidak pernah jualan musik. Lalu kedua, kami menjual ini artis yang masih “ecek-ecek” belum terkenal lagi. Yang tidak jelas, mau melawan artis besar mereka.

Awalnya bahkan saya atau front liner di toko saya suka dimarahi pelanggan, ini mau jualan ayam atau lagu sih. Mereka protes, ayo cepat, saya mau ayamnya cepat dikasih, begitu pelanggan kami protes pada awalnya. Tapi saya terus mendorong karyawan saya: you just do it. Dengan sopan ya. Saya jelaskan ke karyawan, sasaran pasar kami adalah remaja. Jika ini tidak kami garap, masa depan kami akan suram. Begitu selalu saya tekankan pada anak buah. Dengan musiklah kami bisa mendekati mereka.

Lalu apa yang Anda lakukan mensiasati kendala tersebut?

Akhirnya kami mendapat trik cara menjual CD-nya. Artis indie band ini sebagai pancingan awal saja. Kami juga ingin mendorong agar orang mau melihat musik di gerai KFC kami. Pada bulan pertama kami hanya menjual 3.000 CD per bulan. Lalu kami mencari cara agar orang mau membeli CD juga. Kami juga mendapat tantangan lain adalah wabah bajakan. Label saja susah melawan bajakan. Maka tidak heran kalau orang bilang ide saya ini gila. But I like to break the rule. Kala orang lain bilang tidak mungkin saya mau buktikan. Ini menjadi tantangan bagi saya.

Kami lalu mendapat cara paling ampuh adalah dengan repackage CD dengan produk kami, produk ayam kami. Plus free goceng (Rp 5.000,00) seumur hidup dengan membeli CD musik di gerai kami. Orang terpancing, ternyata mau beli CD kami karena free goceng seumur hidup itu. Habit untuk membeli CD itu terbangun di KFC. Penjualan naik menjadi 5.000, 10 ribu, 50 ribu, 60 ribu dan seterusnya. Tapi saya tekankan ke bawahan saya, jangan sampai orang membeli CD di KFC kapok, harus dipastikan kualitas CD bagus, lagu-lagunya juga bagus. Orang suka memandang, indie band itu lagunya suka aneh-aneh, saya tidak ingin itu. Harus mudah didengar dan enak dinikmati.

Saya ambil genre pop, harus easy listening, karena saya yakin yang membeli CD musik di KFC bukanlah penggemar musik. Apalagi saya memang sukanya musik pop.

Kala penjualan kami mencapai 100 ribu CD per bulan, mulailah label-label ini melirik KFC. Ha..ha..ha. Saya mulai didekati Sony Music, itupun mereka tidak menyodorkan artis bagusnya, tapi Cinta Laura. Tapi buat saya, tidak apa, boleh, coba saja. Lagunya easy listening, suara not bad, anak muda, imej Cinta Laura pun bagus. Dia kan market KFC banget.  Dulu Cinta tidak mau dibilang artis Kentucky , tapi artis Sony. Saya ingat sekali itu. Ternyata penjualan CD dia di KFC bagus, bisa terjual 80 ribu hingga 90 ribu CD per bulan. Sejak itu dia mau tuh beriklan dengan KFC.

Kabar itu terdengarlah ke mana-mana. Setelah itu artis-artis besar lainnya mau kerjasama dengan KFC. Terakhir datanglah Pak Ook (panggilan akrab Johanes Soerjoko, Direktur dari Aquarius). Saya bilang, kalau mau ketemu saya, jangan kasih saya artis ecek-ecek. Dia bilang, tidak saya mau tawarkan best of the best: Agnes Monica. Itu sekitar awal tahun lalu. Oke saya bilang, kita bisa bicara. Agnes, saya ajak untuk bantu iklankan produk. Itu jadi power negosiasi. Saya bilang saya punya budget Rp 3,5 miliar lho untuk promosi, tapi harus promosi ayam Kentucky juga. Saya bilang harus mau muncul pada tiga menit terakhir di iklan Kentucky . Agnes harus makan ayam kami juga.

Karena sebelumnya Indah Dewi Pertiwi berhasil menjual CD di kami hingga 1 juta keping CD, maka itu Agnes tidak mau kalah. Dan mau mendengarkan arahan kami. Indah itu fenomenal, kebetulan artis baru. Video klip Indah itu biayanya Rp 7 miliaran, artis dancing, bagus suaranya, Pak Nyoto produsernya juga gila-gilaan membiayai dia. Dan kebetulan laku juga kami jual CD-nya. Jadi setelah dapat Cinta Laura, kami dapat IDP (Indah Dewi Pertiwi), lalu dapat Agnes. Sekarang penjualan CD Agnes sudah mencapai 1,9 juta keping. Kemudian kami dapat Rossa, Slank, Ahmad Danny, Ungu dan sebagainya. Tapi kebanyakan saya dapatnya lagu-lagu best-of the best mereka.

Lalu apa yang akan Anda lakukan ke depan?

Tahun depan saya tidak mau lagi best of the best album mereka. Tapi harus dengan konsep sendiri. Tahun 2013, saya ingin album yang hanya ada di KFC, itu harus digarap label. Contoh saya ingin keluarkan album artis besar cross genre, atau membuat album cross label lagu-lagunya. Sekarang label sangat fleksibel sekali. Mereka mau mengikuti konsep saya. Setiap tiga bulan sekali saya panggil label. Saya paparkan bagaimana kondisi pasar musik kita. Ini lho begini. Kalau mereka mau gue-gue sendiri, kita akan mati. Begitu saya bilang ke mereka, tapi kalau kita mau fleksibel kita bisa memenangkan pasar. Apalagi kita harus melawan pembajakan. Saya baru dapat Uthe (Ruth Sahanaya), next Krisdayanti dan juga kakaknya, Yuni Shara.

Kami akan launching Noah Band, band-nya Ariel pada 22 September itu. Dia mau jualan Kentucky juga sambil meluncurkan CD-nya. Smash terjual 1 juta CD. Jadi, KFC memang sudah dipandang oleh banyak pihak. Saya punya dua label: Music factory adalah wadah atau label untuk artis-artis yang tidak memiliki label. Sedang Sangkar Mas adalah label yang dikhususkan untuk kerjasama dengan label-label besar.

Kreativitas yang Anda lakukan, dengan combo bisa membeli CD, misalnya? Ide itu darimana sih?

Combo-combo itu saya yang buat. Saya memang yang meluncurkan ide-ide itu semua. Karena saya kan tidak melakukan rutinitas, kerjaan yang rutin itu biasanya saya lempar ke bawah. Makanya saya bisa membuat yang aneh-aneh, he..he..he.

Tapi mulai tahun ini saya mengajak jajaran saya untuk berinovasi juga. Saya berfikir apa yang terjadi kalau saya tidak ada. Saya sedang mengajarkan, mulai dair top manajemen hingga kru yang tugasnya hanya mengelap meja untuk memasukan ide dan inovasi. Karena Kentucky , menurut imej brand-nya, termasuk inovatif brand. Inovatif brand itu sedikit, Apple yang paling fenomenal. Dibilang inovatif brand, dihitung berapa sering brand itu melakukan inovasi.

Kami paham, pelanggan KFC itu ingin sesuatu yang berbeda, tidak monoton. Apple kan bukan penemu MP3 atau laptop, dia hebat, membuat yang sudah ada menjadi fashionable dan high class. KFC sadar, jika hanya jualan ayam saja, akan tergilas. Semua produk yang sudah menjadi gaya hidup, saya yakin itulah yang nilainya naik. Saya ingin KFC seperti itu.

Kalau menu KFC itu inovasinya itu sebenarnya kombinasi dan modifikasi menu lama. Hanya saja orang suka lupa. Kami membuat semacam satu payung namanya Praktis, maksudnya menu KFC itu harus mudah dimakan dan bisa dibawa ke mana-mana. Itu panduannya. Dengan kreasi menu itu, meningkatkan penjualan kami hingga 300% dalam beberapa tahun terakhir.

Bahkan untuk mereka yang suka pada produk organik saya sedikan nasi organik. Saya punya kerjasama dengan sentra produksi 10-11 yang kami beri pembinaan langsung dari KFC. Tahun depan kami akan sediakan ayam organik juga.

Bagaimana dengan lay out KFC?

Saya memang membuat desain khusus, semua dibuat berbeda. Suasananya harus nyaman, sofanya harus enak diduduki. Beberapa tempat yang ada KFC Coffe saya sediakan panggung khusus stand up comedy. Sebelumnya, saya adakan Nobar (nonton film bareng)  dan Jamming (musik). Saya sedang siapkan yang baru. Nanti akan terlihat jika ada KFC bersebelahan dengan McDonalds akan terlihat perbedaannya. Saya sedang siapkan untuk 2013.  Intinya: apa yang mereka mau saya siapkan di KFC.

Lalu bagaimana mendorong anak buah untuk inovatif?

Kami punya buletin, yang isinya cerita tentang KFC, juga apa yang akan terjadi. Kami juga mendorong suasana kerja yang menyenangkan. KFC bukanlah milik Fabian, tapi milik kalian semua. Ide yang luar biasa itu saya yakini dari yang paling sederhana. Ini saya dorong ke semua anak buah. Saya selalu sampaikan ke mereka, waktu saya ini terbatas, saya harus mendelegasikan ke banyak orang agar KFC terus berkembang.

Akan seperti apa KFC ke depan?

Saya tidak mau orang berpendangan, bahwa KFC adalah retailer CD. CD adalah sebagian kecil dari musik. Mulai tahun 2013 kami akan upgrade music program kami. Kami mulai menyeleksi artis-artis Kentucky . Kami ingin seberapa besar kontribusi mereka. Saya juga dorong tim untuk menyalurkan ide untuk mengembangkan apa saja yang baru yang bisa kita garap. Saya punya business development, human resources development, customer orientation. Kami mengajak orang-orang di bawah saya, untuk berfikir tidak sama. Harus berbeda dengan yang dilakukan kompetitor. Hal yang biasa dilakukan orang, akan saya drop. Dari 18 ribu karyawan saya, saya yakin akan banyak ide terbaik keluar dari mereka.

Apa yang dilakukan adalah hal simpel. Bukan hal yang memusingkan. Kalau ingin inovasi, saya harus pahami customer itu maunya apa? Saya harus pahami itu. Saya kasih yang lebih dari itu. Anak-anak muda Indonesia itu paling advance, ini terlihat dari setiap gadget baru datang, selalu diserap mereka.

Saya pernah dibilang oleh KFC pusat (world wide)sekitar 8-10 tahun lalu: Hati-hati KFC Indonesia, kalau idemu terlalu advance nanti customer-nya tidak bisa terima. Saya bilang ke mereka: kalian salah, konsumen Indonesia itu sangat suka di-challenge, mereka sangat advance. Saya sudah sering berantem sama mereka (head quarter) ha..ha..ha..ha.

Menariknya, KFC yang seperti di Indonesia , jualan CD itu tidak ada, hanya ada di sini saja. Inilah keunggulan KFC, image Fabian itu melekat sekali dengan KFC, tapi juga kelemahamnya. Saya menjadi terbebani, harus memberikan yang terbaik. Ke depan kami juga akan ajak kerjasama dengan gadget. Tapi masih dalam pembicaraan panjang. Dan akan ada konser khusus artis KFC di stasiun TV, saya sedang dalam pembicaraan dengan beberapa stasiun TV.

 Bagaimana kinerja KFC?

(Tanpa menyebut angka) KFC menjadi the most favorite brand. Tempat nongkrong paling digemari dalam waktu 3 tahun terakhir untuk remaja, itu dari tracking kami sendiri. Perpindahan customer dari kompetitor ke KFC sangat tinggi, 11% dalam setahun. Sekarang penjualan CD kami 850 ribu keping per bulan. Angka penjualan CD kami sebulan, itu lebih besar dari angka penjualan CD nasional setahun, lho. Makanya semua label mendekat. Saya sangat apresiasi, tapi saya harus menghargai artis yang sudah lebih dulu ada dan bersama kami. Contohnya Rossa dan Dewa itu dua contoh artis yang dedikasinya luar biasa kepada KFC. Memang sekarang kami jadi pemilih.  Sekitar 90% pembeli kami itu bukan karena CD-nya tapi karena paketnya yang menarik ha..ha..ha…(Didin Abidin Masud)

ditulis oleh Herning Banirestu
Link: SWA

Iqbal Farabi menebar jala di berbagai lini bisnis

Jika ada orang yang memberi masukan bahwa berbisnis itu harus fokus, maka masukan itu jelas tidak dipakai oleh Iqbal Farabi. Di bawah bendera PT Benang Komunika Infotama (Bcomm), entrepreneurberusia 33 tahun ini justru menebar jala di berbagai lini bisnis.

Bahkan saat ditanya core bisnis Bcomm, beginilah jawaban lulusan S2 Hukum ini: “Telco Network Service, IT Solution, Integrated Media, pertambangan, restoran termasuk juga franchise Takigawa di Batam dan Binus Jakarta, fotografi, event organiser, hingga jualan kompor nabati.”

Awal mendirikan Bcomm, tepatnya September 2003, Iqbal percaya betul jika berbisnis itu harus fokus. Baru sejak tahun 2007, perusahaan yang bermarkas di Arteri Pondok Indah ini mau menangkap berbagai peluang bisnis yang ada.

“Saya mengambil ilmu dari pengusaha-pengusaha China , India dan negara lainnya yang justru tak pernah ragu menebar jala. Akhirnya saya mulai menebar jala juga. Dapat ikan tongkol, tim tongkol yang menjalankan. Dapat ikan teri, tim teri yang menangani. Dapat ikan kakap, tim kakap yang menggarap. Yang terpenting adalah fokus terhadap bisnisnya, bukan fokus pada bidang usahanya,” jelas pengoleksi uang koin kuno ini.

Selain tidak pernah ragu menebar jala, dalam berbisnis ia juga mempercayai prinsip “ATM” (amati, tiru dan modifikasi). “Misalkan ada peluang di bisnis restoran, saya melihat apa yang sedang tren. Kemudian saya mempelajari ilmu restoran. Saya bentuk tim yang khusus fokus menggarap bisnis restoran, bentuk Research & Development-nya. Tentukan sanggup atau tidak membuat brand sendiri. Jadi buat saya dalam berbisnis adalah amati, tiru dan modifikasi,” kata pria kelahiran 2 februari 1978 ini.



Dan tak lupa, sebagai seorang entrepreneur, bagi bapak tiga anak ini selalu mempunyai mimpi. Ketika mimpi itu sudah bisa digapai, harus memiliki mimpi baru lagi. Ia mencontohkan, jika sahabatnya, Anindya Bakrie, lahir tertawa terbahak-bahak, maka Iqbal menangis tersedu-sedu.



“Bapak saya seorang PNS biasa, namun sejak kecil saya selalu punya mimpi. Ketika SD saya bermimpi ingin punya uang jajan, saya lalu menjual jawaban dari pekerjaan rumah (PR) ke teman-teman. Bermimpi kuliah, saya lalu mencari-cari beasiswa dan akhirnya bisa kuliah di Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta . Bahkan saya ditawari melanjutkan S3 saya oleh UPH, namun saya memilih berwirausaha,” ujar pria asal Sumatera Barat yang mengaku mengidolakan Jusuf Kalla dan Chairul Tanjung. (Lila Intana)

ditulis oleh Lila Intana
Link: SWA

Jika ada orang yang memberi masukan bahwa berbisnis itu harus fokus, maka masukan itu jelas tidak dipakai oleh Iqbal Farabi. Di bawah bendera PT Benang Komunika Infotama (Bcomm), entrepreneurberusia 33 tahun ini justru menebar jala di berbagai lini bisnis.



Bahkan saat ditanya core bisnis Bcomm, beginilah jawaban lulusan S2 Hukum ini: “Telco Network Service, IT Solution, Integrated Media, pertambangan, restoran termasuk juga franchise Takigawa di Batam dan Binus Jakarta, fotografi, event organiser, hingga jualan kompor nabati.”



Awal mendirikan Bcomm, tepatnya September 2003, Iqbal percaya betul jika berbisnis itu harus fokus. Baru sejak tahun 2007, perusahaan yang bermarkas di Arteri Pondok Indah ini mau menangkap berbagai peluang bisnis yang ada.



“Saya mengambil ilmu dari pengusaha-pengusaha China , India dan negara lainnya yang justru tak pernah ragu menebar jala. Akhirnya saya mulai menebar jala juga. Dapat ikan tongkol, tim tongkol yang menjalankan. Dapat ikan teri, tim teri yang menangani. Dapat ikan kakap, tim kakap yang menggarap. Yang terpenting adalah fokus terhadap bisnisnya, bukan fokus pada bidang usahanya,” jelas pengoleksi uang koin kuno ini.



Selain tidak pernah ragu menebar jala, dalam berbisnis ia juga mempercayai prinsip “ATM” (amati, tiru dan modifikasi). “Misalkan ada peluang di bisnis restoran, saya melihat apa yang sedang tren. Kemudian saya mempelajari ilmu restoran. Saya bentuk tim yang khusus fokus menggarap bisnis restoran, bentuk Research & Development-nya. Tentukan sanggup atau tidak membuat brand sendiri. Jadi buat saya dalam berbisnis adalah amati, tiru dan modifikasi,” kata pria kelahiran 2 februari 1978 ini.



Dan tak lupa, sebagai seorang entrepreneur, bagi bapak tiga anak ini selalu mempunyai mimpi. Ketika mimpi itu sudah bisa digapai, harus memiliki mimpi baru lagi. Ia mencontohkan, jika sahabatnya, Anindya Bakrie, lahir tertawa terbahak-bahak, maka Iqbal menangis tersedu-sedu.



“Bapak saya seorang PNS biasa, namun sejak kecil saya selalu punya mimpi. Ketika SD saya bermimpi ingin punya uang jajan, saya lalu menjual jawaban dari pekerjaan rumah (PR) ke teman-teman. Bermimpi kuliah, saya lalu mencari-cari beasiswa dan akhirnya bisa kuliah di Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta . Bahkan saya ditawari melanjutkan S3 saya oleh UPH, namun saya memilih berwirausaha,” ujar pria asal Sumatera Barat yang mengaku mengidolakan Jusuf Kalla dan Chairul Tanjung. (Lila Intana)

D'Cost: Aplikasi TI di Resto Seafood

D’Cost bisa dikatakan merupakan resto seafood paling inovatif di kelasnya. Sesuai dengan motto-nya “Mutu Bintang Lima, Harga Kaki Lima”, inovasi yang utama dari resto ini adalah harga makanannya yang tergolong murah dengan kualitas yang bisa dijajarkan dengan resto seafood di hotel bintang lima . Untuk menjadikan harganya murah, D’Cost harus mengefektifkan dan mengefisienkan operasional kerja. Salah satu caranya dengan menggunakan perangkat dan sistem TI dalam hal pemesanan tempat dan pemesanan makanan. Dengan menggunakan Ipod yang terhubung dengan sistem pemesanan dan pendelegasian menu ke bagian dapur, maka proses memasak makanan fresh bisa lebih cepat dilakukan. Kecepatan menjadi hal utama di D’Cost. Selain sebagai bagian dari pelayanan ke pelanggan, sistem ini juga dibuat agar dapat mengundang pengunjung lebih banyak lagi sehingga skala ekonomi bisa tercapai.

Didirikan pada 9 September 2006, D’Cost berkembang hingga saat ini memiliki 57 gerai di 17 kota besar di Indonesia . Selain itu, pihak D’Cost juga mengklaim diri sebagai resto pertama dan satu-satunya yang menggunakan aplikasi TI ke dalam manajemen restoran. Dengan aplikasi TI ini manajemen dapat dengan mudah memantau kegiatan restoran dari mulai logistik, penjualan, pembukuan, hingga keamanan di semua gerai secara real time online. Penggunaan TI ini juga disediakan untuk kenyamanan pengunjung resto. Sejak 2010, pengunjung dapat melakukan self ordering melalui iPad tanpa perlu menunggu pelayanan datang mencatat pesanan.

Bertempat di kantor D’Cost di wilayah Sunter, David Vincent Marsudi, Presiden Direktur PT Pendekar Bodoh ditemani Eka Agus Rachman, General Manager Promoton & PR PT Pendekar Bodoh menerima reporter SWA, Darandono dan Denoan Rinaldi, di salah satu ruang di kantor D’Cost Jalan Danau Sunter Barat Blok A3 No. 2 pada Rabu (26/9). Berikut wawancaranya:
Bisa Anda jelaskan  ide mendirikan resto seafood di mal. Padahal,  kebanyakan resto seafood berada di luar mal?

Seafood diasumsikan sebagai makanan mahal. Seafood yang agak murah dijual di pinggir jalan, warung tenda di trotoar. Sejak awal kami berpikir, mengapa seafood dijual mahal? Padahal Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan produk laut, termasuk seafood. Itu salah satu idenya, mengapa kami memilih seafood sebagai lahan bisnis. Kami ingin menyajikan seafood dengan kualitas baik masyarakat bahwa hanya kalangan berduit saja yang bisa makan seafood karena harganya yang memang mahal. Ini yang menggelitik kami, mengapa di Indonesia tidak ada yang menjalani bisnisseafood murah tapi dengan kualitas baik. Ini yang kami coba jalani. Memang terdapat berbagai kendala ketika menjalaninya. Namun kami terus coba perbaiki.

Mengapa lokasi D’Cost terdapat di mal? Sebenarnya gerai D’Cost juga ada yang stand alone. Kombinasi, ada yang di mal dan stand alone. Mengapa ada di mal? Karena kami lihat kecenderungan gaya hidup orang saat ini senang belanja di mal. Di samping belanja, masyarakat juga cari makan di mal. Dulu, resto yang banyak terdapat di mal adlah resto fast food. Jadi, kami pikir, mengapa kami tidak coba menyediakan sesuatu yang lebih sehat ke masyarakat dengan makanan yang baru dimasak setelah dipesan.
Bagaimana mengenai kreativitas dalam hal menu?

Sejak awal memang kami menyajikan menu yang cukup beragam. Kami coba memahami konsumen dengan memosisikan diri sebagai konsumen. Hal sederhana itu yang kami lakukan. Setelah mengetahui kesukaan konsumen, apakah kami bisa menciptakan makanan itu? Selain itu, karakter konsumen yaitu menginginkan barang yang bagus dan murah. Rata-rata orang menginginkan best deal. Sebagai pengusaha kami mengikuti pola pikir konsumen. Hal ini tercermin dari motto kami “Mutu bintang lima , harga kaki lima ”. Kami coba penuhi itu terus, walaupun memang kami belum bisa memenuhi semua. Namun kami berusaha untuk memperbaiki diri setiap saat agar janji kami ke masyarakat bisa terpenuhi.

Apakah ada penambahan menu tertentu pada periode tertentu?

Ya, kami memliki divisi R&D untuk menu. Secara berkala kami ciptakan menu-menu yang kira-kira memang disukai masyarakat. Saat ini ada sekamir 100 menu makanan dan minuman.

Dalam periode waktu berapa lama ada penambahan atau penggantian menu?
Agar konsumen tidak bosan, kami lihat dulu kinerja menu tersebut. Kami ada menu ranking. Jadi menu-menu yang sudah masuk ranking bawah, ya kami keluarkan. Kalau ada menu yang dianggap sudah jenuh, maka menu itu akan diganti. Substitusi atau penambahan menu dilakukan sekamir 3 sampai 6 bulan sekali. Idealnya, setiap tiga bulan, paling tidak terdapat 5-10 menu makanan dan minuman baru.

Selain itu, D’Cost juga memiliki menu spesial atau khas daerah. Karena D’Cost berada di 17 kota , kami sadari bahwa di Indonesia terdapat sedemikian banyak suku yang memiliki taste sendiri-sendiri. Jadi ada beberapa menu lokal dan menu nasional. Menu lokal di tiap daerah biasanya tidak dominan. Tidak boleh lebih dari 20%.

Mengapa diterapkan pola seperti ini?

Harus ada menu nasional agar masyarakat tahu D’Cost. Namun kami menampung aspirasi dari masyarakat setempat yang memiliki kebiasaan dan cita rasa yang berbeda dengan masyarakat di daerah lain. Jadi, kami berusaha mengakomodasi hal ini dengan pendekatan memberi porsi maksimal20% bagi masakan yang ber-taste lokal. Contohnya, di Surabaya ada menu-menu yang memang berbeda dengan daerah lain, seperti ikan Sukang di Surabaya. Untuk di Makassar, biasanya beda di saus.

Dari mana ide menu-menu baru tersebut?

Berasal dari masukan. Kami mencoba budaya di mana orang di bawah bisa memberi inspirasi ke atas. Bukan satu arah dari atas ke bawah. Kami mengharapkan orang-orang di bawah merasa bahwa D’Cost merupakan tempat mereka mencari sandang pangan sehingga mereka betul-betul berjuang di divisinya. Jadi dia akan selalu memonitor lokasi di daerahnya sehingga mereka akan memberi usulan ke atas.

Jadi ada kemungkinan menu lokal untuk jadi menu nasional?

Kalau memang digemari, bisa begitu. Contohnya Rica dari Makassar . Kemudian kami ciptakan makanan yang kira-kira disukai oleh orang Jawa dan Sunda karena dua suku ini yang paling banyak populasinya.
Bagaimana proses memberi masukannya? Misalnya dari konsumen?

Konsumen biasanya memberi masukan melalui saluran ‘SMS complaint”. Kalau banyak konsumen yang memberi masukan terhadap menu tertentu, itu jadi bahan pertimbangan kami untuk menciptakan menu. Biasanya kami coba menu tertentu di daerah-daerah tertentu. Kami lihat responsnya. Kalau menu tersebut kami anggap responsnya bagus, maka kami angkat menjadi menu nasional.

Berapa presentase antara menu yang dibuat R&D dan usulan konsumen?

R&D sendiri, ketika akan membuat menu baru, mereka juga mengamati pasar. Kami selalu mengembalikan apa yang diinginkan konsumen. Bukan apa yang diinginkan kami.

Berarti melihat menu unggulan di resto-resto yang lain juga?

Ya. Tapi beda di harga, ha..ha..ha.. Saya juga mencoba menu, misalnya ikan patin, yang ada di restoran China di Hotel Shangri La Surabaya , Crystal Jade. Mereka menjual harga masakan ikan patin tersebut sekamir Rp 150 ribu karena mereka menggunakan koki dari Hongkong yang biayanya mahal. Sementara harga ikan patin kami, dengan rasa yang sama harganya hanya Rp 25 ribu.
Bagaimana mengenai jam buka resto yang tidak harus buka setiap saat?

Itu bergantung pada daerahnya. Kalau gerai di mal, saat ini 100% buka full day, yaitu buka dari pukul 11.00 hingga 21.00. Namun memang terdapat beberapa gerai stand alone (bukan di mal) yang kami tutup antara pukul 15.00-17.00 saat week day. Hal ini kami lakukan berdasarkan evaluasi di mana pada jam itu, yang memang bukan jam makan. Hal ini dilakukan atas alasan efisiensi. Dengan menjual produk murah, kami sebagai perusahaan harus bisa efisien, karena jika kami tidak efisien maka dampaknya akan dialami masyarakat dengan harga yang tinggi. Saat ini lebih banyak gerai yang di mal dibanding stand alone. Sekamir 85% gerai kami berada di mal. Namun pada saat weekend, gerai yangstand alone buka full day.

Berapa jumlah cabang saat ini dan bagaimana target pertumbuhannya?

Saat ini 57 cabang dan akan buka sesuai dengan angka belakang tahun. Misalnya, tahun ini tahun 2012, maka kami targetkan akan buka cabang sebanganyak 12 cabang. Pada 2013, kami targetkan akan buka 13 cabang.

Mengapa dilakukan pola seperti ini?

Biar mudah untuk mengingat. Ha..ha..ha..

Bagaimana kreativitas di bidang TI?

Sejak awal berdiri, ketika belum ada Ipod, kami menggunakan PDA untuk memesan pesanan. Setelah Ipod keluar, kami beralih menggunakan Ipod karena Ipod lebih murah dari PDA. Namun saat itu, ketika kami menggunakan Ipod sebagai sarana untuk memesan makanan, hal itu belum umum dilakukan resto lain sehingga Manajer Pemasaran Apple dari Singapura, datang ke Jakarta . Dia menanyakan mengapa barangnya bisa digunakan oleh kami sebagai sarana order makanan. “Sudah saya protect, kok you bisa pakai buat order?”, kata manajer itu. Saat itu kami jailbreak Ipod itu. Saat ini kami jadi teman. Kami juga menggunakan Ipad untuk order saat ini.

Mengapa menggunakan teknologi canggih untuk perusahaan yang bisnisnya hanya mengumpulkan “uang receh”?

Pertama, kam ingin efisien. Dengan kami mengumpulkan uang recehan ini, otomatis omzetnya harus besar sehingga jumlah tamu harus banyak. Dengan jumlah tamu yang harus banyak, sementara jam makan cukup terbatas, maka kami harus cepat dalam pelayanan. Agar dapat cepat, harus menggunakan teknologi.



Kalau order menggunakan tulisan tangan, tidak bisa. Tidak mungkin kami menjual teh harga seratus  jika kami tidak cepat. Skala ekonominya tidak akan tercapai karena jam makan orang sangat terbatas.



Prosesnya, begitu tamu memesan dan pelayan kami menekan ‘enter’ di perangkatnya, printer-printerkami di bar, di checker, di bagian steam, di bagian gorengan, langsung mencetak  pesanan itu dan pekerja kami langsung membuat sesuai pesanan yang dicetak. Jadi pendelegasian menu pesanan langsung tertuju ke bagian yang bersangkutan. Kami bisa menyajikan masakan dengan cepat karena kami terbantu dengan sarana TI ini.



Saat ini, kami gunakan model terbaru layar sentuh. Bukan print lagi. Kami sudah mulai coba di gerai Sunter dan Semarang . Gerai di Semarang terdapat 23 komputer. Kami hanya jualan kangkung tapi komputernya ada 23.



Berapa persen efisiensi yang dapat dilakukan?

Untuk perubahan dari cetak ke paperless baru kami lakukan. Kami masih cari pola. Tapi yang penting efektif dulu. Saat ini kami anggap kami butuh 23 komputer. Namun nanti kami evaluasi. Kalau nanti bisa dikurangi pemakaiannya, maka nanti kami kurangi. Tapi kalau tidak bisa dikurangi, maka kami akan gunakan dalam jumlah tersebut. Komputer-komputer tersebut untuk reservasi, monitor antrean, untuk kasir di gerai Semarang yang terdapat 2 lantai, untuk reservasi menu dan lainnya. Dengan teknologi yang makin maju nantinya, mungkin komputernya dapat disusutkan.

Nantinya sistem touchscreen juga akan diterapkan di tiap cabang D’Cost. Dengan rencana kami Go International pada 2015, maka saat ini kami berusaha untuk mengubah manajemen dari kelas kampung menjadi kelas internasional.



Bagaimana kreatifitas dari sisi promosi?

Satu hal yang mendasar dan membedakan antara D’Cost dengan perusahaan lain adalah nilainya. Perusahaan lain menerapkan nilai ‘take and give’. Nilai ini sudah dianggap fair. Sementara yang kami jalankan di D’Cost adalah ‘give and receive’ yang seperti kasih ibu, memberi tak harap kembali. Contoh aplikasi dari ‘give and receive’ ini kami terapkan di semua promosi D’Cost. Contohnya, setiap kami buka outlet baru ada promosi ‘up to you price’, yaitu makan sesukanya dan bayar sesukanya. Setelah hari ini mereka datang dan keesokannya mereka tidak datang lagi, tidak masalah buat kami. Itu yang dimaksud give.

Demikian juga dengan diskon umur. Saat ini rekor umur tamu yang datang yaitu 104 tahun. Jadi selesai makan, saya kembalikan 4%. Ha..ha..ha. Promo ini diberlakukan untuk satu meja. Waktu itu bersepuluh. Pada saat promosi itu, banyak manajer kami yang dipanggil oleh opa-oma itu. Mungkin mereka tersentuh sehingga kami didoakan agar bisnis kami maju. Diskon umur ini sudah 3 tahun berjalan. Tiap bulan ada 3-4 outlet yang menwarkan promo ini. Doa dari orang tua ini yang membuat D’Cost maju. Jarang ada perusahaan yang didoakan orang.



Mengapa tidak dilakukan di tiap outlet?

Tidak mampu. Kemampuan kami belum sampai situ. Penentuan outlet mana yang akan menyelenggarakan promo, kami atur agar setiap outlet kebagian.

Kembali lagi ke promo ini. Terdapat nilai lebih di balik penerapan promo ini. Manajer kami menanyakan ke opa-oma itu apakah mereka senang dengan promo ini? Mereka mengatakan senang karena jika tidak ada promo ini, mereka tidak akan diajak keluar untuk makan oleh anak mereka. Ini pernyataan tulus dari orang tua. Terdapat nilai positifnya yaitu menyentuh anak untuk mencintai orang tua.

Mengenai promosi uang dan doa, separuh bayar menggunakan uang dan separuhnya menggunakan doa pada saat hari keagamaan? Doanya bisa untuk apa dan siapa saja. Doanya ditulis di kertas dan nanti akan diunggah di facebook dan website.



Mengenai promosi “Hamil Baru Bayar”, banyak pertanyaan yaitu bagaimana jika setelah pasangan itu menikah, mereka pindah kota atau KTP-nya ternyata palsu. Apa antisipasinya? Jawaban kami ialah kami tidak pernah mengantisipasi. Kami pasrah saja. Ini kesadaran saja. Dalam promosi ini juga terdapat nilai-nilai spiritualnya, yaitu agar masyarakat mulai tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu dari hati nurani. Pengalaman kami selama ini, belum ada pasangan yang mengaku hamil. Ha..ha..ha. Kami tidak pernah mengecek ke pasangan itu bahwa istrinya sudah hamil atau belum.

(Eka Agus Rachman) Promo HBB ini termasuk promo yang tinggi okupansinya. Banyak orang yang menanyakan apakah promo ini akan diperpanjang hingga tahun depan atau tidak, karena kami harus melihat efektifitas dan tanggapan masyarakat secara luas. Dalam sebulan tiap minggu pasti ada yang mengikuti promo ini. Sampai-sampai banyak orang yang memohon untuk memesan tanggal tertentu di mana banyak orang lain juga memesan.

Mengenai donor darah, sebenarnya merupakan bagian dari program D’Cost Peduli. Saat ini terdapat 57 cabang. Sementara dalam setahun hanya 52 minggu. Kalau kami melakukan donor darah pada saatoutlet-outlet kami ulang tahun, maka setiap minggu, bahkan ada yang seminggu dua kali, akan ada donor darah. Program donor darah ini kami gabung dengan saat promo. Pada saat promo, ribuan orang datang. kami siapkan tempat untuk donor darah. Bagaimana caranya agar orang tergerak hatinya untuk mendonorkan darahnya? Kami kolaborasi dengan promo kami, yaitu tidak usah antre bagi yang mendonorkan darahnya. Setidaknya kami memberi satu nilai spiritual lagi.



Sebenarnya donor darah ini, bisa dilakukan lebih sering lagi jika digabung dengan promo-promo kami yang lainnya. Namun kendala kami adalah tidak semua PMI bisa membantu karena mereka mungkin terkendala sarana. Dalam pelaksanaan donor ini, kami sampai dibantu oleh PMI Serang karena PMI Jakarta juga kewalahan. Kalau semua perusahaan di Indonesia mau melakukan seperti apa yang D’Cost lakukan, tidak akan ada kekurangan darah.

Mengenai budget ordering, kami bisa memasukkan jumlah tamu dan bujet, maka dalam 2 detik akan keluar usulan menunya. Ini sangat membantu bagi pelanggan rombongan karena jika pelayan harus menanyakan menu satu per satu ke anggota rombongan, maka akan makan waktu lama. Selain itu, pelanggan bisa memesan menu tanpa harus kelebihan bujet. Keuntungan lainnya, pelanggan tidak perlu khawatir terhadap menu karena menu yang ditampilkan merupakan menu favorit dan pasti sesuai. Saat ini kami tengah memproses aplikasi ini di sistem operasi di Iphone. Namun masih belum turun dari sananya. Untuk sistem operasi Android dan Blackberry, sudah berjalan.



Jadi dengan aplikasi ini, pelanggan bisa memesan tempat dan menu melalui aplikasi budget ordering ini yang ada di smartphone mereka. Misalnya, setengah jam sebelum tiba di D’Cost tujuan, pelanggan bisa memesan via aplikasi ini. Setelah di-upload dan dibaca oleh manajer di gerai D’Cost, maka pesanan akan langsung diproses. Dalam pesanan dari pelanggan yang ada di aplikasi itu, terdapat nomor kontak pemesan dan nanti manajer gerai akan menghubungi pemesan tersebut untuk mengkonfirmasi mengenai pesanannya. Untuk lebih memudahkan, nanti akan dibuat pre-paid cardD’Cost agar pesanan bisa langsung dapat diproses, tidak khawatir pesanan dibatalkan atau pemesan tidak datang. Pre-paid card ini rencananya akan diluncurkan tahun depan.



Mengenai Diskon Gerombolan, dulu kami pernah kedatangan gerombolan 99 orang dan kami diskon 99%.  Selain itu, rekor lainnya ialah gerombolan 130 anak SD dan gurunya, setelah makan mereka cuma bilang: “Matur nuwun,”  ha..ha..ha. Program ini waktu itu dilakukan dua bulan setiap Kamis di gerai-gerai tertentu.

Kami memberikan berbagai macam promo ini agar masyarakat tidak jenuh. Yang mendasari semua ini adalah nilai give and receive, makanya promonya bisa wow karena ada nilai ini.



Modifikasi promo-promo dilakukan dalam berapa lama sekali?

Untuk Up to you Price sudah berjalan 6 tahun. Diskon Umur sudah berjalan 3 tahun. Promo yang lainnya baru berjalan pada tahun ini. Nantinya kami akan ciptakan promo baru lagi tiap tahunnya.



Bagaimana menggali ide-ide kreatif tersebut?

Ide itu bisa muncul setiap saat. Juga bisa tidak muncul. Seperti seniman, kalau sedang tidak moodmaka ide tidak muncul. Dalam melahirkan ide kreatif, syarat mutlak di kami adalah belum pernah dilakukan orang lain. Jadi kami selalu mencari yang belum ada
Siapa motornya ide kreatifitas?

Bisa dari siapa saja. Di sini kan orang setengah gila semua, ha..ha..ha.



Jadi ide bisa muncul dari siapa saja di masing-masing divisi?

Ya. Kami sering lakukan brainstorming. Jika ada ide, langsung kami lakukan itu. Namun brainstormingtidak bisa dijadwalkan. Jika dijadwalkan, ide belum tentu muncul.

Bagaimana peran pemimpin dalam mendorong munculnya ide kreatif?

Nama PT kami yaitu PT Pendekar Bodoh. Jadi, yang paling bodoh ditaruh di atas, yang lebih pintar taruh di bawah. Nah, yang pintar-pintar adalah anak-anak ini. Saya bodoh sendiri ha…ha..ha.

(Eka) Mengenai ide-ide promosi memang diolah oleh tim. Misalnya, Pak David memiliki ide promo tentang uang dan doa. Ide itu dilempar ke kami dan kami memberi masukan. Syarat ide yang bisa diimplementasikan yaitu tidak pernah dilakukan orang lain, unik, dan memiliki efek wow.

Bagaimana passion pemilik dan pemimpin D’Cost dalam mengembangkan kreativitas?

Pemilik D’Cost terdapat beberapa orang. Passion mereka sangat tinggi dengan memberikan keleluasaan ke manajemen untuk memutuskan.



Bagaimana melibatkan karyawan untuk berkreasi?

Biasanya mereka memberi usulan secara tidak formal karena di perusahaan ini budaya yang berkembang yaitu tidak formal. Kami menganggap semua karyawan sebagai teman dan keluarga.

Bagaimana merangsang keluarnya ide-ide?

Memang ketika kami tengah banyak terbebani urusan operasional, maka ide tidak muncul. Ide-ide bisa muncul, biasanya, pada saat weekend, ketika beban di otak sudah mulai berkurang.



Bagaimana proses merespons ide yang muncul?

Misalnya pada ide promo. Misalnya ada ide, bisa dilontarkan melalui milis manajemen. Bisa juga dilontarkan melalui Blackberry Grup. Jadi proses brainstorming bisa kami lakukan di mana saja dan kapan saja melalui saluran teknologi. Kalau orang-orang harus dikumpulkan dulu untuk brainstormingakan sulit melakukannya karena masing-masing memiliki kesibukannya sendiri-sendiri. Dengan adanya teknologi, brainstorming bisa dilakukan kapan saja. Saat ini saya mengikuti ada 20 grup BBM untuk urusan D’Cost saja.



Bagaimana implementasi dan evaluasi ide-ide yang muncul tersebut?

Kami langsung tindaklanjuti dengan membicarakan strategi pelaksanaannya. Kami tidak membicarakannya hingga detil dan langsung menjalankannya. Bersamaan dengan dijalankannya ide itu, kami lakukan perbaikan-perbaikan melalui evaluasi. Misalnya ide muncul dari manajer, kemudian diteruskan ke area General Manager, kemudian diteruskan ke forum manajemen pusat. Namun pembicaraan di Grup BBM itu juga bisa dimonitor oleh kami. Setelah ide itu ditangkap oleh yang di atas, kemudian kami jabarkan apa yang harus dilakukan agar bisa dijalankan. Prosesnya berjalan simultan, sesuai dengan salah satu nilai di D’Cost yaitu speed. Terdapat prioritas untuk menjalankan ide. Yang penting dijalankan dulu. Kami juga lakukan evaluasi seiring dijalankannya ide tersebut.



Bagaimana hasil yang bisa dilihat dari kreativitas ini?

Output dilihat dari respons masyarakat yang bisa dilihat dari kunjungan masyarakat ke outlet. Ide ini ternyata diterima masyarakat dan kami akan menjalankan terus.



Bagaimana dampak kreativitas terhadap kinerja bisnis? Bisa digambarkan pertumbuhannya?

Dengan masyarakat yang makin respek kepada kami, maka outlet kami kebanjiran tamu. Kalau masyarakat sudah tersentuh hatinya, maka mereka akan menjadikan kami sebagai pilhan utama. Mengenai pertumbuhan kinerja bisnis, bisa dilihat dari pertumbuhan outlet kami yang tumbuh sesuai angka tahun, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pada 2012, target buka 12 outlet. Pada 2013, target buka 13 outlet. Jika terdapat pertumbuhan outlet, otomatis terdapat overlapping antara satuoutlet dengan outlet di area yang sama sehingga tidak terjadi pertumbuhan pengunjung yang signifikan di satu outlet, tapi terdistribusi ke outlet lainnya. Setiap tahun pertumbuhan pendapatannya rata-rata 15%.



Bagaimana pertumbuhan pengunjung?   

Kisaran pertumbuhan jumlah pengunjung untuk gerai di Jakarta sekamir 300-500 tamu, bergantung di mana gerai itu berada. Jika gerai berada di perumahan maka gerai akan ramai pada weekend. Sedangkan jika gerai berada di area perkantoran, maka gerai itu akan ramai pada weekdays siang hari.

Sejauh mana kreativitas D’Cost bisa menggoyang pasar?

Ada pengaruhnya. Hal ini bisa dilihat dari respons masyarakat yang luar biasa. Namun, apakah respons ini bisa dikategorikan bisa menggoyang pasar, itu kami tidak tahu. Bisa dilihat jika mengetikkan kata kunci Diskon Umur, misalnya, maka respons yang keluar berasal dari masyarakat.

(Eka) Kami hanya ingin memberikan pengalaman baru pada masyarakat mengenai bagaimana kami melakukan promosi. Orang mungkin sudah sering mendengar atau bahkan ikut midnight sale atau diskon 50%. Tapi jika dilakukan oleh D’Cost. Itu yang kami berikan pada masyarakat. Ada nilai baru yang kami berikan pada masyarakat dan tidak sekedar promo. Itu menjadi nilai kami, selalu memberikan sesuatu yang berbedda kepada masyarakat.  Misalnya Diskon Umur, terdapat nilai-nilai baru yang disematkan di sana , yaitu nilai kekeluargaan. (Didin Abidin Masud)

ditulis oleh Denoan Rinaldi
Link: SWA