Born to be a giver. Agaknya inilah kalimat yang tepat
untuk menggambarkan sepak terjang seorang Novita Tandry, Owner & Master
Franchise Tumble Tots Indonesia, di dunia bisnis waralaba pola asuh
balita. Pemilik lisensi wara laba atau franchisor Tumble Tots serta Leaps
and Bounds di Indonesia ini
dikenal sebagai sosok yang selalu ingin berbagi. Berikut adalah wawancara
Bisnis dengannya, baru-baru ini:
Anda
memimpin usaha ini sebagai leader, bagaimana pertama kali ide membuka usaha
ini?
Tujuan awalnya bukan buat bisnis. Dari kecil saya memang
sudah suka dengan dunia anak. Saya suka mengumpulkan keponakan, mengajar
sekolah minggu, mendongengkan mereka, sehingga cita-cita saya kalau gak jadi
guru TK ya psikolog. Tapi orang tua gak setuju, ya sudah saya putuskan menjadi
stewardess. Mereka lebih tidak setuju lagi hahaha, Karena diharuskan kuliah,
saya gak mau.
Pokoknya jadi stewardess atau psikolog. Meski
akhirnya saya dapat lulus seleksi ke Cathay Pacific yang tidak mudah, tetapi
orang tua tidak mengizinkan dan akhirnya mengambil psikologi. Bicara 20 tahun
lalu, psikolog bukan jurusan yang dikejar orang, ketika itu orang tua ingin
saya menjadi developer atau kontraktor di Sulawesi .
Ketika memulai bisnis ini apa yang terpikir?
Jadi setelah lulus SMA di Singapura, menikah muda dan
mengerti psikologi saya sadari pentingnya membentuk karakter anak sejak dini,
karena ini yang krusial. Akhirnya saya bertemu seorang mentor di Singapura.
Tadinya awal saya ingin punya sekolah, bisa ngajar dan terapkan apa yang saya
pelajari. Kemudian kami komit tidak memakai suster.
Berapa outlet di Singapura?
Outlet disana sedikit, kami sekarang ada 51 outlet di
seluruh Indonesia ,
tidak di semua provinsi ada, yang terjauh di Kupang.
Bagaimana daya belinya?
Di Kupang, respons dan antusiasmenya bagus.
Dengan 51 cabang, apa yang menyebabkan usaha ini berkembang?
Dalam waktu itu 19 tahun, kami kerap pindah, yang tutup
juga ada. Di bisnis ini lokasi penting karena kebutuhan lahan parkir. Dengan
dua ruko semula trafik sulit akhirnya pindah lokasi. Kalau memungkinkan akan ke
mal-mal.
Apa kunci menjalani bisnis ini?
Passionate atau tekad. Jadi saya meyakini perlu melibatkan
hati dan feel, integritas, dispilin, tanggung jawab. Ini jadi role model bagi
staf-staf kami, kita pendidik bukan sekedar pebisnis, bukan saja disiplin ini
yang sulit tujuannya profit tapi saya minta mereka (staf) berpikir, profit
datangnya lama, jadi hati didahulukan, serve with your heart.
Berapa banyak yang beli lisensi? Bagaimana cara menjadi franchise
ini?
Saya sendiri franchisor punya 16 di Jabodetabek, yang
lainnya milik franchise.
Per 3 tahun Rp250 juta untuk fee, jadi modal pertama mulai
dari Rp750 juta hingga hampir Rp1 miliar.
Kapan mulai beli franchise?
Selama 2 tahun setelah saya jalan. Tentu tidak mudah ini
diraih karena setelah saya jalankan dengan baik terlebih dulu, kurang lebih
mulai pada 1994.
Setelah paham bisnis, ini mendidik, apa komitmen Anda?
Up-down-nya pasti ada bicara bisnis, apa lagi di awal uang
belum kelihatan. Dimodali orang tua. Jadi banting tulang. Do my best, ini
kecintaan saya jadi menjalaninya enak.
Kata-kata leader penting bagi Anda kenapa?
To be a leader kesannya gampang padahal untuk mencapai
posisi itu leader itu butuh skill dan ini bisa dilatih tapi juga you have to be
you dulu. Saya sendiri diharapkan menjadi contoh bagi adik-adik di keluarga.
mungkin dari belajar dari sana ,
ditantang untuk menjadi leader. Saya memang suka sekolah itu waktu yang saya
tunggu-tunggu, jadi liburan lama saya malah tidak suka. Biasanya, saat liburan
saya diikutkan les kepribadian, ibu saya menanamkan prinsip ketika terjun ke
masyarakat semua ilmu akan dipakai semua.
Bisakah diekplorasi slogan skill for life?
Bisakah diekplorasi slogan skill for life?
Kalau kita lihat anak-anak di Indonesia sampai sekarang
metode pendidikannya mengutamakan memori, mechanical intelligence kalau sudah a
ya a, atau b dan c. Kalau gak bisa, anak-anak menjadi stres tidak diajarkan
bagaimana kreatif. Ibu saya sejak kecil mengarahkan skill dilatih sejak kecil.
Sebulan ambil kursus rambut, sebulan kursus make up. Bagaimana bisa merasakan
pahit asam manis itu skill, harus ada proses dari sana dia belajar, tanggung jawab. Melipat
baju sendiri itu skill, bisa makan sendiri harus ada proses, belajar. Mengandalkan
suster juga akan lama.
Bedanya?
Begitu selesai di kami 3 tahun, anak-anak memiliki self
confidence. Tidak ada acara menangis ketika akan masuk TK atau SD. Bahkan
mengajak temannya agar jangan nangis.
Anak harus merasa aman, dengan begitu dia merasa dicintai
diperhatikan, dari rasa aman ini anak akan punya rasa percaya diri , saya mampu
melakukan apapun dan memiliki kepercayaan diri. Tugas kami karakter dibawah
usia 6 tahun oran
tua harus terlibat dalam proses tumbuh kembang anak, di seminar banyak
pertanyaan yang tidak sempat terjawab untuk itu saya menulis buku. Just
don’t complaint ke negara apa yang bisa Anda berikan kepada negara?
sebagai warga negara jangan hanya komplain,
Anda buka Leaps and Bounds, selain Tumbletots bukan untuk kelas A
dan B?
Leaps and Bounds hampir murah 50%. Saya targetkan untuk
usia anak dan program yang sama, ini bisa dijangkau ibu-ibu yang lain [yang
daya belinya lebih rendah], kami baru membuka di Purwakarta, Cianjur. Pola asuh
bukan hanya untuk yang mempunyai uang, mayoritas di Indonesia masih di kelas ini. Kami
hilangkan kesan kualitas yang bagus hanya milik orang berpunya saja.
Kenapa berpikir begitu, padahal Anda terlahir sebagai orang berada?
Kenapa berpikir begitu, padahal Anda terlahir sebagai orang berada?
Kalau ke luar kota ,
saya lihat bagaimana orang tua terhadap anak, berbeda dengan anak orang berduit
yang bisa sekolah. So we have to do something. Siapa yang urus mereka?
Menyalahkan pemerintah lagi?
Leaps and Bounds mulai 2010 punya delapan cabang di Purwakarta,
Cianjur, Kupang, Gorontalo, Banjarmasin , Padang dan mau buka di Cirebon
jadi benar-benar kota
kabupaten. Rekrut guru tidak mudah. Kami training lulusan SMA minimal kami
latih untuk menjadi guru siap kerja. Baru kami kaji, Agustus kami buka
pelatihan dan pendaftaran. Saya tempatkan jadi guru-guru di seluruh cabang.
2010 Leap and Bounds berapa bisa diserap per outlet?
Setiap outlet Bisa serap 15-20 guru dengan murid sampai
200 murid. Tumble Tots kurang lebih sama 200-300 anak per cabang. Member aktif
atau yang terdaftar sedang sekolah 5.000-6.000 anak di setiap bulan.
ditulis oleh Hilda Sabri Sulistyo
Link : Bisnis
0 comments:
Post a Comment