Sunday, October 21, 2012

Novita Tandry : Terlahir menjadi Pebisnis Pendidik

Born to be a giver. Agaknya inilah kalimat yang tepat untuk menggambarkan sepak terjang seorang Novita Tandry, Owner & Master Franchise Tumble Tots Indonesia, di dunia bisnis waralaba pola asuh balita. Pemilik lisensi wara laba atau franchisor Tumble Tots serta Leaps and Bounds di Indonesia  ini dikenal sebagai sosok yang selalu ingin berbagi. Berikut adalah wawancara Bisnis dengannya, baru-baru ini:

Anda memimpin usaha ini sebagai leader, bagaimana pertama kali ide membuka usaha ini?

Tujuan awalnya bukan buat bisnis. Dari kecil saya memang sudah suka dengan dunia anak. Saya suka mengumpulkan keponakan, mengajar sekolah minggu, mendongengkan mereka, sehingga cita-cita saya kalau gak jadi guru TK ya psikolog. Tapi orang tua gak setuju, ya sudah saya putuskan menjadi stewardess. Mereka lebih tidak setuju lagi hahaha, Karena diharuskan kuliah, saya gak mau.

Pokoknya jadi stewardess atau psikolog.  Meski akhirnya saya dapat lulus seleksi ke Cathay Pacific yang tidak mudah, tetapi orang tua tidak mengizinkan dan akhirnya mengambil psikologi. Bicara 20 tahun lalu, psikolog bukan jurusan yang dikejar orang, ketika itu orang tua ingin saya menjadi developer atau kontraktor di Sulawesi .

Ketika memulai bisnis ini apa yang terpikir?

Jadi setelah lulus SMA di Singapura, menikah muda dan mengerti psikologi saya sadari pentingnya membentuk karakter anak sejak dini, karena ini yang krusial. Akhirnya saya bertemu seorang mentor di Singapura. Tadinya awal saya ingin punya sekolah, bisa ngajar dan terapkan apa yang saya pelajari. Kemudian kami komit tidak memakai suster.

Berapa outlet di Singapura?
Outlet disana sedikit, kami sekarang ada 51 outlet di seluruh Indonesia , tidak di semua provinsi ada, yang terjauh di Kupang.

Bagaimana daya belinya?
Di Kupang, respons dan antusiasmenya bagus.

Dengan 51 cabang, apa yang menyebabkan usaha ini berkembang?
Dalam waktu itu 19 tahun, kami kerap pindah, yang tutup juga ada. Di bisnis ini lokasi penting karena kebutuhan lahan parkir. Dengan dua ruko semula trafik sulit akhirnya pindah lokasi. Kalau memungkinkan akan ke mal-mal.
  
Apa kunci menjalani bisnis ini?
Passionate atau tekad. Jadi saya meyakini perlu melibatkan hati dan feel, integritas, dispilin, tanggung jawab. Ini jadi role model bagi staf-staf kami, kita pendidik bukan sekedar pebisnis, bukan saja disiplin ini yang sulit tujuannya profit tapi saya minta mereka (staf) berpikir, profit datangnya lama, jadi hati didahulukan, serve with your heart.

Berapa banyak yang beli lisensi? Bagaimana cara menjadi franchise ini?
Saya sendiri franchisor punya 16 di Jabodetabek, yang lainnya milik franchise.

Per 3 tahun Rp250 juta untuk fee, jadi modal pertama mulai dari Rp750 juta hingga hampir Rp1 miliar.

Kapan mulai beli franchise?
Selama 2 tahun setelah saya jalan. Tentu tidak mudah ini diraih karena setelah saya jalankan dengan baik terlebih dulu, kurang lebih mulai pada 1994.


Setelah paham bisnis, ini mendidik, apa komitmen Anda?
Up-down-nya pasti ada bicara bisnis, apa lagi di awal uang belum kelihatan. Dimodali orang tua. Jadi banting tulang. Do my best, ini kecintaan saya jadi menjalaninya enak.

Kata-kata leader penting bagi Anda kenapa?
To be a leader kesannya gampang padahal untuk mencapai posisi itu leader itu butuh skill dan ini bisa dilatih tapi juga you have to be you dulu. Saya sendiri diharapkan menjadi contoh bagi adik-adik di keluarga. mungkin dari belajar dari sana , ditantang untuk menjadi leader. Saya memang suka sekolah itu waktu yang saya tunggu-tunggu, jadi liburan lama saya malah tidak suka. Biasanya, saat liburan saya diikutkan les kepribadian, ibu saya menanamkan prinsip ketika terjun ke masyarakat semua ilmu akan dipakai semua.

Bisakah diekplorasi slogan skill for life?
Kalau kita lihat anak-anak di Indonesia sampai sekarang metode pendidikannya mengutamakan memori, mechanical intelligence kalau sudah a ya a, atau b dan c. Kalau gak bisa, anak-anak menjadi stres tidak diajarkan bagaimana kreatif. Ibu saya sejak kecil mengarahkan skill dilatih sejak kecil. Sebulan ambil kursus rambut, sebulan kursus make up. Bagaimana bisa merasakan pahit asam manis itu skill, harus ada proses dari sana dia belajar, tanggung jawab. Melipat baju sendiri itu skill, bisa makan sendiri harus ada proses, belajar. Meng­andalkan suster juga akan lama.

Bedanya?
Begitu selesai di kami 3 tahun, anak-anak memiliki self confidence.  Tidak ada acara menangis ketika akan masuk TK atau SD. Bahkan meng­ajak temannya agar jangan nangis.

Anak harus merasa aman, dengan begitu dia merasa dicintai diperhatikan, dari rasa aman ini anak akan punya rasa percaya diri , saya mampu melakukan apapun dan memiliki kepercayaan diri. Tugas kami karakter dibawah usia 6 tahun oran tua harus terlibat dalam proses tumbuh kembang anak, di seminar banyak pertanyaan yang tidak sempat terjawab untuk itu saya menulis buku. Just don’t complaint ke negara apa yang bisa Anda berikan kepada negara? sebagai warga negara jangan hanya komplain,

 
Anda buka Leaps and Bounds, selain Tumbletots bukan untuk kelas A dan B?
Leaps and Bounds hampir murah 50%. Saya targetkan untuk usia anak dan program yang sama, ini bisa dijangkau ibu-ibu yang lain [yang daya belinya lebih rendah], kami baru membuka di Purwakarta, Cianjur. Pola asuh bukan hanya untuk yang mempunyai uang, mayoritas di Indonesia masih di kelas ini. Kami hilangkan kesan kualitas yang bagus hanya milik orang berpunya saja.

Kenapa berpikir begitu, padahal Anda terlahir sebagai orang ­berada?
Kalau ke luar kota , saya lihat bagaimana orang tua terhadap anak, berbeda dengan anak orang berduit yang bisa sekolah. So we have to do something. Siapa yang urus mereka? Menyalahkan pemerintah lagi?

Leaps and Bounds mulai 2010 punya delapan cabang di Pur­wa­karta, Cianjur, Kupang, Gorontalo, Banjarmasin , Padang dan mau buka di Cirebon jadi benar-benar kota kabupaten. Rekrut guru tidak mudah. Kami training lulusan SMA minimal kami latih untuk menjadi guru siap kerja. Baru kami kaji, Agustus kami buka pelatihan dan pendaftaran. Saya tempatkan jadi guru-guru di seluruh cabang.

2010 Leap and Bounds berapa bisa diserap per outlet?
Setiap outlet Bisa serap 15-20 guru dengan murid sampai 200 murid. Tumble Tots kurang lebih sama 200-300 anak per cabang. Member aktif atau yang terdaftar sedang sekolah 5.000-6.000 anak di setiap bulan.
  
ditulis oleh Hilda Sabri Sulistyo

Link : Bisnis  

0 comments:

Post a Comment