Monday, October 22, 2012

Vivin mantan atlet yang sukses di lantai futsal

Kesuksesan bisa datang meski tak sesuai dengan jurusan. Setelah pensiun sebagai atlet basket, Vivin Cahyani Sungkono memulai karier sebagai seorang guru. Namun nasib berkata lain, dia justru mengenyam kesuksesan lewat bisnis lantai lapangan.

Di Indonesia, cukup banyak mantan atlet yang memiliki bisnis setelah pensiun. Biasanya, bisnis mereka tidak jauh-jauh dari dunia olahraga yang pernah mereka geluti. Salah satunya adalah Vivin Cahyani Sungkono. Sebagai mantan atlet basket, ia memiliki usaha sports flooring, yakni aneka lantai atau karpet lapangan olahraga.

Di bawah bendera VSport, ibu empat anak ini menjadi produsen dan distributor beberapa jenis sports flooring dan produk aksesori seperti jaring, gawang, dan bola. Flooring merupakan karpet berbahan vinil yang dipakai sebagai lapisan lantai lapangan olahraga indoor seperti basket, voli, badminton, handball, dan hoki. Karpet ini seperti lantai nan empuk.

Vivin telah memasang lebih dari 400 lapangan di beberapa kota di Indonesia dan Malaysia . “Dalam waktu dekat, kami akan memasang di Filipina,” kata perempuan kelahiran Surabaya , 20 September 1973 ini.

Vivin adalah mantan atlet basket yang pernah bertanding di pelbagai ajang Pekan Olahraga Nasional, kejuaraan ABC Junior di Beijing, World Islamic Country Championship Tehran, Kejuaraan Antarmahasiswa di Melbourne, SEA Games, dan masih banyak lagi.

Di usia 23 tahun, Vivin memutuskan pensiun dari dunia basket. Dia bekerja demi meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Maklum, ibunya hanya penjahit dan bapaknya seorang sopir. “Saya tahu persis, saya tidak akan bisa berprestasi lebih dari apa yang sudah saya capai. Sebab, masih banyak senior yang berumur lebih dari 30 tahun belum pensiun. Kesempatan untuk menggantikan mereka sangat tipis,” katanya.

Sembari kuliah di jurusan psikologi Universitas Surabaya selama lima tahun, Vivin menjadi guru honorer di sebuah sekolah dasar di Surabaya . Pada umur 25 tahun, ia mendirikan SD Kasih Karunia untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Di sana , ia menjadi kepala sekolah. “Sekolah itu masih ada sampai sekarang dan sudah saya hibahkan ke guru di sana ,” ujarnya.

Vivin melepas profesi sebagai guru demi membantu rekannya mengelola perusahaan yang bergerak di bidang penjualan material baja dan bahan bangunan. “Dengan latar belakang pendidikan psikologi, saya membantu di divisi human resource development. Kemudian saya dipercaya sebagai manajer pemasaran,” kenangnya.

Tapi Vivin hanya bertahan enam bulan di perusahaan itu. Sekitar tahun 2001, dia memutuskan membuka usaha sejenis di bawah bendera CV Viva Metalindo. “Hingga sekarang, perusahaan di bidang jasa konstruksi ini masih berjalan dan berkembang,” jelasnya. Perusahaan ini menggarap proyek rumah tinggal dan renovasi gedung. Ia juga sering memasok material baja ke beberapa proyek pembangkit listrik tenaga uap, Caltex, dan Freeport .

Tanpa disengaja, ada pelanggannya yang menanyakan distributor lantai lapangan futsal. “Saya bilang bisa mencarikan. Padahal, saya belum tahu bagaimana mendapatkan lantai semacam itu,” katanya. Vivin mencari informasi soal prospek lantai lapangan olahraga. Maka, pada tahun 2008, bermodal Rp 1 miliar ia memutuskan mendirikan VSport.

Enam bulan sepi

Vivin memproduksi sendiri lantai tersebut. Dia memodifikasi desain flooring serupa dari Amerika Serikat yang harganya sangat mahal. Ia melibatkan desainer dari China untuk perubahan desain tanpa mengurangi kekuatan dan fungsinya. “Awalnya, saya tidak berharap banyak pada bisnis ini. Sebab, bidang ini benar-benar baru buat saya,” katanya.

Vivin bilang, saat presentasi ke 10 pembeli, hanya ada satu yang tertarik dengan produk lantai futsalnya. Itu pun lebih karena kasihan ketimbang yakin dengan kualitas produk.

Vivin terjun langsung mempresentasikan produk, mulai di Surabaya dengan berbekal brosur dan videoklip dari kejuaraan di Malaysia yang menggunakan flooring sejenis. Tujuannya untuk meyakinkan calon klien bahwa produknya layak digunakan. “Background saya yang sama sekali belum mengenal futsal membuat klien sulit sekali meyakini kualitas produk buatan VSport,” jelasnya.

Selama enam bulan pertama, Vivin hanya berhasil menjual satu unit floor. “Saya pun mengganti home base penjualan dari Surabaya ke Jakarta sebagai strategi,” katanya. Ternyata keputusan itu efektif. Selain membangun citra, dia berhasil mendekatkan hubungan dengan organisasi Badan Futsal Nasional (BFN). Lembaga ini mengampanyekan Real Futsal dengan menggunakan media VSport sebagai alas Liga Profesional Indonesia , sebuah liga tertinggi futsal sejak 2008 hingga sekarang. Hasilnya, penjualan pun ikut melonjak.

Setelah dua tahun memproduksi aneka flooring, Vivin juga menyediakan alas lapangan rumput sintetis. “Di Indonesia masih banyak yang suka rumput sintetis ketimbang flooring,” katanya. Ia mengimpor rumput palsu ini dari China .

Terbukti, kan , tekad merupakan modal kuat berbisnis?

ditulis oleh Fransiska Firlana
Link: KONTAN

0 comments:

Post a Comment